5 Manfaat Reboisasi Pantai dengan Tanaman Bakau

oleh
Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah berkurangnya abrasi air laut ke daratan, melindungi habitat alami biota laut.
Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah berkurangnya abrasi air laut ke daratan, melindungi habitat alami biota laut.

Jakarta, indomaritim.id – Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah berkurangnya abrasi air laut ke daratan, melindungi habitat alami biota laut seperti kepiting, bandeng dan burung laut. Tak hanya itu, reboisasi pantai dengan tanaman bakau mampu menjaga ekosistem pantai dan teluk.

Reboisasi bakau atau mangrove menjadi penting untuk segera dilakukan. Penanaman mangrove, menjadi satu cara mencegah abrasi laut di pesisir pantai. Untuk menyelamatkan bumi dari terkikisnya daratan oleh lautan.

Berikut manfaat-manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau:

Penahan Erosi dan Abrasi Pantai

Pohon bakau yang rapat dan memiliki akar kuat, mampu menahan kuatnya gelombang lautan yang menerpa pantai.

Kuatnya gelombang, dapat membuat tanah dan pasir yang berada di pantai ikut tersapu. Ini menyebabkan aberasi pantai.

Aberasi air laut, yang merembes sampai ke daratan membuat penduduk mengalami krisis air bersih. Air tawar yang tercampur air laut, menjadaikan air menjadi payau.

Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah untuk melindungi daratan dan sumber air tawar.

Baca Juga: Empat Teknologi Canggih Penyelamat Laut

Penyaring Alami

Akar pohon bakau yang tumbuh rapat, berfungsi sebagai penyaring sampah dan kotoran dari laut ke pantai. Dengan penanganan yang tepat, sampah terutama plastik dapat diambil dan ditangani secara terpadu.

Akar bakau juga penyaring air laut ke daratan. Fungsi ini membuat air laut tidak terserap masuk kedaratan hingga menyebabkan kelangkaan air tawar.

Pembentuk Pulau Alami

Hutan mangrove disebut sebagai pembentuk alami daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menjadi makin tebal.

Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan.

Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri dengan beragam biota pantai dan laut yang turut tumbuh bersama.

Hutan Bakau Penahan Intrusi Laut

Intrusi air laut terjadi karena air tanah banyak disedot untuk kebutuhan sehari-hari dan industri, maka air tanah terisi air laut.

Tentunya, hal ini membuat penduduk kesulitan mendapatkan air bersih untuk kelangsungan hidupnya.

Dampak lainnya adalah membuat pohon-pohon menjadi mati karena terkena air laut dengan kadar garam tinggi.

Reboisasi pantai dengan pohon bakau mampu menahan laju intrusi air laut.

Menahan Gelombang Tsunami

Menurut penelitian, hutan bakau di kawasan pesisir laut cukup efektif untuk mengurangi efek tsunami. Bakau dapat mengurangi ketinggian tsunami hingga 50 persen.

Kekuatan gelombang tsunami akan tertahan dengan kuatnya akar bakau mencegkram tanah. Semakin tinggi dan rapat tanaman bakau, maka semakin baik menahan hempasan gelombang akibat gempa tsunami di dasar laut.

Tentu, ini dapat menyelamatkan nyawa penduduk yang tinggal di pesisir pantai.

Kurau, Tujuan Wisata Mangrove di Bangka Belitung
Kurau, Tujuan Wisata Mangrove di Bangka Belitung

Manfaat Reboisasi Pantai Untuk Ekosistem

Hutan mangrove memiliki peranan penting dan manfaat bagi ekosistem pantai. Hutan pesisir, menjadi tempat berkembangbiak habitat kepiting, ikan kecil, dan berbagai burung laut.

Penduduk sekitar pantai pun, dapat memanfaatkan hutan bakau sebagai sumber makanan dan tempat mencari ikan.

Berikut contoh reboisasi pantai di Indonesia dengan menggunakan tanaman bakau atau mangrove:

Reboisasi Taman Mangrove Labuhan, Jawa Timur

Besarnya manfaat habitat mangrove bagi kelangsungan hidup manusia maupun ekosistem laut lain yang ada di sekitarnya menjadikan Pertamina gencar melakukan upaya-upaya pelestarian habitat mangrove dari kemungkinan adanya kerusakan.

Salah satunya seperti yang dilakukan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) medio 2013 lalu. PHE WMO melakukan reboisasi mangrove dengan penanaman sebanyak 10.000 bibit mangrove pohon dan Cemara laut dikawasan Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur sebagai upaya reboisasi mangrove.

Lahan Gambut Sei Paking, Riau

Medio 2013 hingga 2015 merupakan saat-saat kelam bagi masyarakat yang tinggal di kawasan Kelurahan Sei Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau karena terjadi kebakaran lahan gambut dan sulit untuk dipadamkan.

Kebakaran tersebut mengakibatkan bencana asap yang tidak hanya mengganggu aktivitas masyarakat, namun juga merugikan secara materiil dan moril. Akibatnya, kualitas udara diwilayah itu pun memburuk. Mayoritas warga mengalami gangguan kesehatan akibat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

Prihatin akan musibah yang terjadi, Pertamina Refinery Unit (RU) II Sei Pakning bersama Sadikin dan beberapa warga Kampung Jawa yang menjadi relawan Masyarakat Peduli Api (MPA) melakukan beragam upaya penanganan guna menanggulangi kebakaran lahan dan hutan, baik dari operasional perusahaan maupun nonoperasional.

Tak sampai di situ, Pertamina merangkul Kelompok Tani Tunas Makmur mengembangkan program CSR yang berkelanjutan dengan tujuan memanfaatkan lahan bekas terbakar yang memiliki nilai ekonomi, sosial, maupun lingkungan untuk pemberdayaan masyarakat.

Program tersebut dinamakan program Kampung Gambut Berdikari. Program ini berisikan mulai dari penambahan peralatan pemadaman, pembentukan Forum komunikasi MPA (FORKOMPA), pelatihan pemadaman, hingga pemanfaatan lahan bekas terbakar melalui pertanian budidaya nanas dan diversifikasi pengolahan produk nanas seperti keripik, dodol, manisan, selai, telah dijalankan dan terus berkembang dari tahun ke tahun.

Untuk daerah yang berada di pesisir pantai, tanaman bakau dipilih agar biota yang berada di teluk dan habitat air payau tetap alami.