Andil daerah terhadap proklamasi kemerdekaan satu diantaranya adalah pengakuan terhadap proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Daerah Yogyakarta misalnya, yang saat itu masih berbentuk kerajaan, mengakui proklamasi Republik Indonesia melalui pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII selang sehari setelah pembacaan teks proklamasi. Daerah-daerah lain pun mempunyai andil besar terhadap terwujudnya proklamasi kemerdekaan.
Makna proklamasi kemerdekaan bagi negara Indonesia adalah sebagai puncak perjuangan bangsa. Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan. Kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hadiah dari siapapun namun direbut dengan perjuangan dan pengorbanan para pahlawan disertai doa seluruh bangsa Indonesia.
Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era globlalisasi, mengharuskan kita untuk terus memaknai proklamasi kemerdekaan, agar generasi penerus bangsa tetap dapat menghayati dan mengamalkannya dan agar intisari semangat itu tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa.
Baca Juga:
- Apa Saja Keberagaman yang Dimiliki Bangsa Indonesia? Begini Penjelasannya
- 5 Karakteristik Daerah Dalam Kerangka NKRI
- Peran Daerah dalam NKRI, Begini Penjelasannya
Berikut 5 makna proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bagi bangsa Indonesia:
Sebagai puncak perjuangan bangsa
Perasaan senasib sepenanggungan dirasakan rakyat sejak kedatangan bangsa dari benua Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda ke kepaulauan nusantara untuk mencari rempah-rempah. Awalnya adalah perdagangan, namun lambat laun keserakahan untuk mendapat keuntungan lebih menjadi perampasan terhadap hasil bumi nusantara.
Nusantara pernah mengalami masa kelam, berupa tanam paksa dimana lahan pertanian harus ditanam komoditas berharga untuk perdagangan seperti rempah-rempah, tebu, kopi, vanilla dan berbagai hasil bumi lainnya.
Proklamasi kemerdekaan menjadi tekad untuk bersatu sebagai sebuah negara dan melepaskan belenggu penjajahan.
Menjadi pernyataan de facto negara Indonesia
Sebagai pernyataan sebuah negara, setelah proklamasi Indonesia menghadapi ancaman dan tantangan menegakkan kedaulatan. Setelah kemerdekaan itu, Belanda datang untuk mencoba membasmi kemerdekaan atau dengan kata lain datang serbuan dari luar negeri.
Akibatnya terjadilah peperangan di kedua negara itu. Karena peperangan itu dilihat dari sudut Indonesia adalah peperangan yang bertujuan untuk mempertahankan kemeerdekaannya, maka ia disebut perang kemerdekaan.
Masa perang kemerdekaan itu berlangsung dari tahun 1945 sampai 1949. Pada akhir 1949 Belanda dengan resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Menaikkan martabat bangsa Indonesia terhadap bangsa lain
Pada masa kolonolial Belanda dan pendudukan Jepang pada perang dunia ke-2, status warga adalah warga terjajah dan harus tunduk pada politik diskriminasi rasial, ekonomi dan politik.
Pola makan yang berubah, pola hidup yang berubah serta tekanan-tekanan sosial ekonomi yang menghimpit menyebabkan perubahan mendasar dalam aspek-aspek fisik maupun psikologi masyarakat. Dalam aspek fisik terlihat kemiskinan endemis yang makin meluas, kesehatan yang merosot serta angka kematian yang tinggi.
Dalam apek nonfisik, terlihat kemiskinan mentalitas akibat ketakutan terhadap bangsa lain, yaitu Belanda dan Jepang. Dengan pernyataan merdeka, maka Indonesia sejajar dengan bangsa lainnya. Bahkan, Indonesia turut serta dalam upaya menghapus penjajahan dunia.
Memulai perjuangan baru untuk mewujudkan cita-cita negara Indonesia
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia 1945 alinea keempat yang berbunyi, “… untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan, Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan Mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Tonggak sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tonggak sejarah Indonesia yang ditandai dengan Proklamasi, juga dibarengi dengan pernyataan lagu kebangsaan dan dasar negara. Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan bangsa Indonesia yang diciptakan oleh WR Supratman pada tahun 1924.
Lagu Indonesia Raya dinyanyikan pertama kali pada saat Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu hari kemerdekaan Indonesia, lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
Kita harus bersyukur karena memiliki Dasar Negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku dengan budaya yang beraneka ragam, tetapi kita tetap satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
Kita juga memiliki bahasa yang mempersatukan yaitu Bahasa Indonesia, dan memiliki bendera kebangsaan yang sama yaitu bendera Merah Putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus mempertahankan alat-alat pemersatu bangsa Indonesia dan memegang teguh semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan selalu berpedoman kepada dasar negara Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika kita tentu lebih dapat bersikap bijaksana dalam pergaulan di rumah, lingkungan belajar atau di masyarakat kita yang beragam. Kita akan selalu menjaga persatuan dan kesatuan sehingga kehidupan yang rukun, serasi dan harmonis dapat terwujud.
Nasionalisme Suatu Bangsa Miliki Semangat Cinta Tanah Air
Paham kebangsaan atau Nasionalisme suatu bangsa adalah dimilikinya kesadaran dan semangat akan cinta tanah air yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan juga tingkah laku di masyarakat, dengan tidak mempermasalahkan perbedaan. Bahkan justru perbedaan itu sebagai suatu warna yang harus dapat diselaraskan dalam sebuah persamaan.
Cinta tanah air merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan kesediaanberkorban membela negara.
Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuh kembangkan dalam jiwa setiap individu sejak usia dini yang menjadi warga dari sebuah negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Cinta tanah air, tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada di negaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungannya.
Baca Juga: Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Dalam Lintas Sejarah Indonesia
Berikut ini adalah contoh-contoh sederhana tentang sikap cinta tanah air dan bangsa Indonesia:
Bangga sebagai bangsa Indonesia
Bangga sebagai bangsa Indonesia, misalnya dengan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mencintai kebudayaan Indonesia seperti mengenakan batik dan pakaian adat saat perayaan juga menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Bangga menggunakan dan mencintai produk buatan Indonesia
Menggunakan produk buatan dalam negeri merupakan pernyataan cinta tanah air. Dengan menggunakan produk dalam negeri, turut pula membantu perekonomian negara dan membuka lapangan kerja.
Mau dan mampu menjaga nama baik Indonesia
Apakah kamu pernah bepergian keluar negeri? Jika iya, jaga nama baik Indonesia dengan mematuhi peraturan yang ada. Bila tujuan ke luar negeri untuk berwisata, jangan mengotori tempat wisat dan membuang sampah sembarangan.
Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Patuhilah hukum yang berlaku. Misal dengan mematuhi peraturan lalu-lintas saat berkendara.
Manggunakan hak pilih saat pemilihan umum
Bila kamu sudah memiliki hak pilih, gunakan hak pilihmu saat pemilihan umum untuk memilih kepala daerah, anggota DPR/DPRD dan pemilihan presiden/wakil presiden.
Belajar dengan sungguh-sungguh
Belajar sungguh-sunggguh di sekolah dan di rumah adalah cara untuk mencinta negeri ini. Mulailah dengan mempelajari hal-hal yang berguna untuk kemajuan dan pembangunan negeri.
Merawat dan tidak merusak fasilitas umum
Jagalah fasilitas umum seperti halte bus, rambu-rambu lalu-lintas, terminal dan sarana transportasi umum seperti kereta api. Fasilitas umum, dibandung dengan uang pajak warga negara. Peruntukan fasiltas umum adalah untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup
Jagalah pohon dan hutan. Pelihara kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Tidak membuang sampah sembaragan
Sampah dapat menyebabkan tersumbatnya selokan yang dapat menyebabkan banjir. Sampah juga membawa penyakit yang merugikan manusia. Dengan membuang sampah pada tempatnya, turut menjaga lingkungan dan fasilitas umum.
Menciptakan kerukunan ditengah masyarakat yang beragam
Menghargai perbedaan dilakukan sesuai norma dan hukum yang berlaku di masyakat dan negara. Bila ada perbedaan, musyawarah untuk mencapai mufakat adalah jalan terbaik. Sedari dini, perlu ditumbuhkan sikap menghormati lain dengan baik tanpa memandang usia, agama, ras, dan budaya.
Andil Daerah Terhadap Proklamasi
Berikut beberapa contoh andil daerah terhadap proklamasi kemerdekan Republik Indonesia yang dihimpun dari berbagai sumber:
Yogyakarta
Mengutip laman Keraton Jogja.id, sehari setelah mendengar diproklamasikannya Republik Indonesia, beliau bersama dengan Sri Paduka Paku Alam VIII mengirim telegram ucapan selamat dan pernyataan dukungan terhadap Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut kemudian disusul dengan maklumat resmi berisi pernyataan penggabungan diri Kesultanan Yogyakarta ke dalam pemerintahan Indonesia.
Namun rupanya pemerintah Belanda masih ingin menguasai nusantara dengan cara melakukan berbagai aksi militer. Keadaan ini membuat para pemimpin negara kesulitan menjalankan pemerintahan di Jakarta. Mensikapi keadaan itu, pada Januari 1946 Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengundang para pemimpin Republik Indonesia untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Yogyakarta. Dengan menaiki kereta api yang berjalan dalam gelapnya malam, rombongan pembesar negara mengungsi ke Yogyakarta.
Atas usul Sri Sultan Hamengku Buwono IX pula, Yogyakarta kemudian menjadi ibukota republik. Selama berada di Yogyakarta, seluruh biaya operasional, akomodasi, hingga gaji pejabat negara Indonesia ditanggung sepenuhnya oleh Keraton Yogyakarta.
Pada tanggal 30 Juni 1949, Sri Sultan Hamengku Buwono IX kembali mengeluarkan proklamasi kemerdekaan sebagai upaya agar tidak terjadi kekosongan pemerintahan sebelum kembalinya Soekarno-Hatta dan para pimpinan lainnya ke Yogyakarta.
Demikianlah perjalanan Kesultanan Yogyakarta menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia sekaligus mengawal serta menyelamatkan kemerdekaan negara yang baru saja lahir tersebut.
Makassar
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Gubernur Sulawesi Dr. Sam Ratulangi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Makassar, Gubernur Dr. Sam Ratulangi segera membentuk pemerintah daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhati-hati, sehingga para pemuda bergerak dan merencanakan merebut gedung-gedung vital, seperti studio radio dan markas polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Boei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP.
Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945.
Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
Surabaya
Rakyat di Surabaya, mendukung proklamasi kemerdekaan dan menolak kedatangan tentara Belanda NICA. Kedatangan NICA dan dipersenjatai KNIL telah menimbulkan bentrokan bersenjata dan permusuhan antara orang Belanda dan para pemuda pejuang. Misalnya, pada tanggal 19 September 1945 terjadi Insiden Bendera di Surabaya.
Peristiwa ini bermula dari sikap orang-orang Belanda yang mengibarkan bendera Merah Putih Biru (bendera Belanda) di atas Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya.
Peristiwa itu menimbulkan kemarahan kemarahan rakyat Surabaya. Selanjutnya, rakyat Surabaya menyerbu Hotel Yamato. Beberapa pemuda Indonesia dengan gagah berani naik di atas hotel untuk menyobek warna biru pada bendera Belanda sehingga tinggal warna merah dan putih.
Itulah beberapa contoh andil daerah terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia.