Jakarta, indomaritim.id – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Mereka adalah ujung tombak perputaran ekonomi dalam negeri. Terlebih di masa pandemi Covid-19, UMKM memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah situasi yang tak pasti.
UMKM juga menjadi kelompok yang rentan di tengah situasi pandemi. Tak sedikit UMKM jatuh terjerembab akibat pandemi ini. Sementara itu, pelaku UMKM yang masih bertahan juga tak luput dari dampak pandemi secara ekonomi dan sosial.
Tak kurang dari 94,4 persen mengalami penurunan omzet penjualan lebih dari 60 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Mereka juga mengalami tekanan produksi yang disebabkan kenaikan biaya bahan baku dan kesulitan mempertahankan tenaga kerja.
“Baru kali pertama, Indonesia menyalurkan bantuan langsung ke UMKM. Ada 12 juta UMKM yang diberi bantuan,” kata Wakil Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional, Bambang Widianto pada virtual talkshow dan press conference ‘HSBC Membangun Masyarakat Tangguh’, Selasa (15/12/2020).
Baca Juga: Teten Masduki: Pemerintah Pastikan Pemulihan Ekonomi Terus Berjalan
Dampak pandemi menghantam berbagai sektor masyarakatan secara langsung yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja. “Angka pengangguran dari Februari 2020 6,68 juta. Ada 9,9 juta pengangguran selama pandemi. Usaha UMKM yang beroperasi normal hanya 28 persen,” kata Bambang Widianto.
Agar tak terus berdampak, pemerintan mengeluarkan berbagai paket bantuan khususnya untuk UMKM. Ini dilakukan pemulihan dampak pandemi berjalan cepat dan perekonomian Indonesia kembali tumbuh.
“Kalau kita lihat data-data, perekonomian dan UMKM mulai bangkit pada Mei 2020. Pemerintah memberikan restrukturisasi kredit, kemudian memberikan subsidi bunga dan memberikan bantuan. Setelah ini adalah tahap pemulihan dan berlanjut ke transformasi,” imbuhnya.
Bambang Widianto menambahkan, tahun depan ada pemulihan ekonomi yang lebih lanjut dengan adanya vaksin dan berbagai bantuan yang diberikan.
UMKM juga menjadi kelompok yang rentan di tengah situasi pandemi. Tak sedikit UMKM jatuh terjerembab akibat pandemi ini. Sementara itu, pelaku UMKM yang masih bertahan juga tak luput dari dampak pandemi secara ekonomi dan sosial.
Tak kurang dari 94,4 persen mengalami penurunan omzet penjualan lebih dari 60 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Mereka juga mengalami tekanan produksi yang disebabkan kenaikan biaya bahan baku dan kesulitan mempertahankan tenaga kerja.
Pada kesempatan yang sama, HSBC Indonesia mengungkapkan akan terus bersama pelaku usaha kecil dan mikro bangkit dimasa krisis.
“Secara bisnis, kami ingin berkembang bersama masyarakat dimana berada. Menjadi kewajiban kami disini untuk turut menjaga kelangsungan ekonomi dan sosial masyarakat,” kata Head of Corporate Sustainability HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko.
“Untuk pemulihan butuh pendampingan, UMKM dan petani tak hanya perlu diberi bantuan. Kami misalnya, menggandeng Rumah Zakat dan Wahana Visi Indonesia sejak 2016 kolaborasi bersama UMKM mengembangkan usahanya. Ini semua dilakukan agar UMKM kembali bangkit” ujarnya memungkasi.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga