Canbbera, indomaritim.id – Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menegaskan, Indonesia mempunyai komitmen kuat mewujudkan visi menjadi poros maritim dunia. Komitment tersebut salah satunya dengan mengatur lalu lintas pelayaran internasional di Selat Sunda dan Selat Lombok setelah International Maritime Organization (IMO) mengesahkan proposal Indonesia terkait bagan pemisahan alur laut atau Traffic Separation Scheme (TSS).
Pernyataan tersebut disampaikan Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio pada forum pertemuan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) dan Senior Advisory Group (SAG) di Canberra, Australia, Rabu (19/6/2019).
Baca Juga: Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio: TSS Selat Sunda dan Lombok Implementasi Indonesia Poros Maritim Dunia
Memaparkan presentasi berjudul ‘The Indonesia dan Australia Opportunities in strategic sweet spot in the Indo Pacific region’, Laksamana TNI (Purn) Marsetio yang menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 hingga 2015 ini juga mengungkapkan perjuangan Indonesia terkait pemisahan alur laut atau TSS Selat Sunda dan Lombok.
“Sidang IMO kali ini sangat istimewa karena setelah beberapa kali sidang, usulan Indonesia akan diadopsi sebagai kententuan IMO. Bahwa di ALKI 1 dan ALKI 2 akan ada penetapan traffic separation scheme seperti di Selat Malaka yang berlaku mulai tahun 2020,” ujar Laksamana TNI (Purn) Marsetio.
Ia menambahkan, Indonesia menjadi negara kepulauan atau archipelagic state pertama di dunia yang memiliki bagan pemisahan alur laut atau TSS di alur laut kepulauan Indonesia.
Selat Lombok menjadi alur laut strategis bagi Indonesia dan Australia. Menurut data dari Direktorat Jendral Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, ada 36.773 unit kapal yang melewati Selat Lombok setiap tahun dimana sebagian besar datang dari Australia atau sebaliknya.
“Menjadi komitmen pemerintah Indonesia untuk memastikan navigasi kapal yang melewati Selat Sunda dan Selat Lombok berlangsung aman,” ujar Laksamana TNI (Purn) Marsetio.
“Ada empat tujuan yang hendak dicapai Indonesia berkaitan dengan TSS Selat Sunda dan Lombok. Pertama, untuk meningkatkan keselamatan navigasi dengan mengatur lalu lintas kapal. Kedua mengurangi resiko tabrakan antar kapal di kedua selat yang menjadi jalur pelayaran internasional,” ujarnya.
Baca Juga: Sah! Indonesia Miliki Traffic Seperation Scheme Selat Sunda dan Lombok
“Kemudian, menjadi komitmen kuat Indonesia untuk menjaga keragaman biota laut di atoll reef coral di dua selat tersebut. Juga mengatur bea tarif kapal yang melewati Selat Sunda dan Lombok yang akan digunakan untuk perlindungan laut disekitar selat,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Sejalan dengan itu, lanjutnya, TSS Selat Sunda dan Lombok tersebut merupakan penjabaran dari visi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo tentang Poros Maritim, yaitu Kebijakan Kelautan Nasional Indonesia untuk berperan aktif dalam organisasi internasional dan khususnya di sektor maritim.
“Tentunya Indonesia melalui departemen terkait telah mempersiapkan vessel traffic service (VTS) untuk membantu kapal bernavigasi dengan aman. Juga memastikan semua fasilitas pendukun dan infrastruktur sumber daya manusia siap sebelum implementasi TSS,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Lima Pilar Utama Poros Maritim Dunia
Di forum pertemuan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) dan Senior Advisory Group (SAG) , Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio juga menjelaskan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
“Pada sidang ke-69 Marine Environment Protection Committee di London, Presiden Joko Widodo menyampaikan Lima Pilar Poros Maritim Dunia, yakni budaya maritim, sumber daya maritim, interconnectivity maritime dan infastruktur maritim, serta diplomasi dan pertahanan maritim,” ujar Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menambahkan, konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang dicanangkan Presiden Jokowi sebagai agenda pembangunan yang difokuskan pada lima pilar utama.
“Lima pilar poros maritim dunia yakni membangun kembali budaya maritim Indonesia, kedua menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama,” ujarnya memungkasi.
Forum pertemuan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) dan Senior Advisory Group (SAG) di Canberra, juga membahas berbagai tema strategis antara Indonesia dan Australia sebagai mitra di wilayah Indo Pacific.
Pada akhir pertemuan, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menyerahkan buku karyanya berjudul ‘Indonesian Sea Power’ kepada Lieutenant General Richard Maxwell “Rick” Burr.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga