Jakarta, indomaritim.id – Kementerian Perindustrian menggandeng industri kacamata dalam negeri, PT Atalla Indonesia untuk menyumbangkan sebanyak 10.000 kacamata yang berfungsi sebagai alat pelindung diri (APD) ke Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB). Kacamata tersebut dapat digunakan sebagai upaya penanganan virus korona (Covid-19) yang tengah mewabah di Indonesia.
“PT Atalla merupakan salah satu produsen kacamata di Indonesia. Produk yang dihasilkannya antara lain adalah safety glasses yang bisa digunakan oleh tenaga medis,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Minggu (22/3/2020).
Kemarin, Sabtu (21/3), kacamata pelindung buatan PT Atalla Indonesia yang bermerek EVO 3014 CL ini diserahkan langsung oleh Direktur Marketing PT Atalla Indonesia Kevin Chow kepada Kepala BNPB Doni Monardo dengan disaksikan Dirjen IKMA Kemenperin di Kantor Pusat BNPB, Jakarta.
Melalui upaya tersebut, Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Atalla Indonesia yang turut membantu pemerintah dalam penanganan dan pencegahan wabah virus korona. Menurut Gati, ini salah satu bukti nyata dukungan dan kepedulian dari pelaku industri nasional terhadap pandemi Covid-19.
“Kacamata pelindung ini akan didistribusikan kepada pihak-pihak yang sangat membutuhkan seperti para tenaga medis yang sedang menangani pasien terkait Covid-19. Jadi, nantinya BNPB akan menyerahkan kepada Kementerian Kesehatan sesuai kebutuhan,” ungkapnya.
Gati menyampaikan, pihaknya juga sudah menyerahkan daftar industri yang memproduksi APD kepada BNPB, seperti produsen masker. Untuk industri kacamata, hingga saat ini terdapat 15 perusahaan yang telah menyerap tenaga kerja lebih dari 6.300 orang.
Kemenperin terus mendorong pelaku industri untuk ikut berkontribusi membantu pemerintah dalam upaya mengurangi dampak sosial dan ekonomi masyarakat akibat pandemi Covid-19 tersebut. Perang melawan penyebaran virus korona ini bisa menjadi wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
“Beberapa pelaku industri sudah cukup banyak yang berinisiatif membantu. Salah satunya dari industri kecamata, karena kebutuhannya cukup tinggi,” imbuhnya. PT Atalla Indonesia merupakan satu-satunya produsen kacamata di dalam negeri yang memiliki pabrik terintegrasi mulai dari pembuatan bingkai hingga lensa dan aksesorisnya.
“Kami juga satu-satunya perusahaan kacamata yang secara resmi telah memiliki sertifikat halal dan turut mendukung program pemerintah untuk Industri Kesehatan Halal 2024. Saat ini, kami sedang gencar memperkenalkan produk-produk baru yang halal tersebut dengan slogan Halal Itu Baik,” tutur Direktur Marketing PT Atalla Indonesia Kevin Chow.
Berdasarkan catatan Kemenperin, kontribusi industri kacamata terhadap perekonomian nasional bisa dilihat dari capaian nilai ekspornya yang mampu menembus hingga 104,6 juta dolar AS sepanjang tahun 2019. Oleha karenanya, Kemenperin bertekad untuk semakin meningkatkan daya saing industri kacamata di Indonesia agar lebih kompetitif di kancah global.
Produksi Hand Sanitizer
Di samping itu, sejumlah unit pendidikan di bawah binaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian terus aktif memproduksi cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Inisiatif ini untuk turut membantu upaya pemerintah dalam menangani dan mencegah pandemi virus korona (Covid-19) yang tengah melanda Indonesia.
“Seluruh dunia kini sedang didera nestapa wabah korona, tak terkecuali Indonesia. Maka tak heran banyak orang berbondong-bondong membeli masker dan hand sanitizer agar tubuh tetap terjaga dari serangan virus,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Minggu (22/3/2020).
Menurut Eko, dengan tingginya permintaan produk tersebut, membuat sebagian daerah mengalami kelangkaan di pasaran. “Sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan sulit untuk membelinya, bahkan harganya meroket drastis,” ungkapnya.
Oleh karena itu, BPSDMI sedang memacu unit pendidikan di lingkungan Kemenperin untuk lebih banyak membuat hand sanitizer secara mandiri. Pembuatan hand sanitizer ini telah disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh WHO serta prosedur kesehatan dan keselamatan hingga melalui riset yang baik
“Produk hand sanitizer ini kami distribusikan untuk kebutuhan karyawan serta mahasiswa atau siswa di lingkungan unit pendidikan masing-masing, hingga juga diserahkan ke masyarakat sekitar,” tutur Eko.
Unit pendidikan Kemenperin yang sudah memproduksi hand sanitizer secara mandiri tersebut, antara lain adalah SMAK Padang, SMAK Bogor, SMTI Padang, SMTI Makassar, SMTI Aceh, Politeknik AKA Bogor, Poltek ATI Padang, Poltek STTT Bandung, Poltek ATK Jogjakarta, Poltek PTKI Medan, Akademi Komunitas Bantaeng, AKOM Solo dan Balai Diklat Industri Makassar.
“Dalam sehari rata rata mereka mampu memproduksi 100 liter sampai 500 liter yang dikemas di dalam botol dengan berbagai ukuran sesuai kebutuhan,” imbuhnya. Hingga saat ini, secara kumulatif, total produksi hand sanitizer sudah mencapai 1,6 ribu liter.
Eko mengemukakan, di tengah krisis cairan pembersih tangan tersebut, inisiati dan kepedulian satuan kerja BPSDMI tersebut mendapat apresiasi dari berbagai kalangan masyarakat hingga pejabat daerah, di antaranya datang dari Walikota Padang, Wakil Gubernur Sumatera Barat, dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat.
“Penggunaan hand sanitizer ini mampu membunuh mikroorganisme yang menempel di tangan, dan dianjurkan untuk selalu dibawa kemanapun pergi untuk mengantisipasi kalau tidak terjangkau sabun dan air mengalir,” paparnya. Hal ini mengingat Covid-19 saat ini sudah menjadi pandemi global, langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus dengan menjaga kesehatan dan kebersihan diri.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga