Diet Plastik Untuk Masa Depan Bumi

oleh
Ilustrasi
Ilustrasi. Foto: indomaritim.id/pixabay

Jakarta, indomaritim.id – Setiap tanggal 22 April seluruh dunia memperingati Hari Bumi. Tanggal ini merupakan sejarah pertamakali penyelenggaraan Earth Day pada 1970 di Amerika Serikat dengan penggagas Gaylord Nelson, seorang senator Amerika Serikat dari wilayah Wisconsin.

Gaylord Nelson yang juga pengajar Lingkungan Hidup, sejak 1969 memandang perlunya isu-isu lingkungan hidup untuk masuk dalam kurikulum resmi perguruan tinggi.

Gagasan ini mendapat dukungan luas. Sejarah mencatat jutaan orang turun ke jalan, berdemonstrasi memadati Fifth Avenue di New York untuk mengecam para perusak bumi.

Pada Peringatan Hari Bumi 2019 mengusung tema “Lindungi Spesies Kita”. Tujuannya meningkatkan edukasi dan kesadaran meningkatnya angka kepunahan jutaan hewan di bumi akibat perilaku tidak bijak manusia.

Tujuan lainnya, merealisasikan kebijakan perlindungan spesies yang terancam punah, dan memunculkan gerakan global mencintai alam.

Hari Bumi telah menjadi gerakan dunia, di tingkat global dikoordinasi oleh Earth Day Network’s, sebuah organisasi nirlaba beranggotakan berbagai LSM di seluruh dunia.

Organisasi ini menaungi 190 negara dan mensponsori banyak acara dengan organisasi di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, diantaranya dengan cara seperti menanam pohon, mengurangi penggunaan plastik, menghemat listrik, dan mengurangi polusi dengan transportasi umum.

Diet Plastik

Menyeruaknya masalah sampah plastik yang terhenti di laut menimbulkan keprihatinan berbagai pihak. Tema sampah plastik yang berakhir dan merusak ekosistem laut, menggugah para aktivis membawa perkara ini ke permukaan.

Saat ini telah muncul sebuah aksi “Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik”, yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai situasi sampah plastik di Indonesia.
Plastik merupakan konsumsi kita sehari-hari dengan jumlah besar. Kebutuhan makanan, sandang dan perumahan, tidak lepas dari unsur plastik. Sebagai zat kimia, plastik tidak mudah terurai dan bertahan sebagai sampah dalam jangka waktu lama.

Gerakan melalui aksi seni penuh dengan sampah plastik menunjukkan betapa memprihatinkan polusi sampah plastik di Indonesia. Isue terkini dalam konsumsi plastik adalah mengurangi pemakaian plastik.

Pemakaian sedotan non-plastik, membawa reusable bag ketika berbelanja, serta membawa tempat minum dan makan sendiri sangat dianjurkan. Demi masa depan planet kita: rumah bagi seluruh species bumi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *