Dirut Pelindo IV Prasetyadi: Kegiatan di Pelabuhan Makassar Normal

oleh
Pelabuhan Makassar
Pelabuhan Makassar

Makasaar, indomaritim.id – Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Prasetyadi menegaskan bahwa kegiatan impor atau barang masuk utamanya di Pelabuhan Makassar tidak mengalami penurunan meski pandemi Covid-19 tengah mewabah di negeri ini, termasuk di Sulawesi Selatan dan Makassar.

Prasetyadi menambahkan, pelabuhan adalah simpul utama yang menyambungkan dan mengintegrasikan berbagai moda khususnya pada sektor darat dan laut.

“Untuk itu pelabuhan senantiasa dituntut harus memiliki kinerja yang optimal dalam melaksanakan kegiatan jasa kepelabuhanan, utamanya kegiatan bongkar muat barang dan naik turun penumpang meskipun ditengah pandemi wabah Covid-19,” ujar Dirut Pelindo IV, Prasetyadi.

Menurutnya, salah satu yang menjadi penolong adalah aktivitas konsumsi masyarakat yang justru meningkat, yaitu kebutuhan makan dan minum, obatobatan serta kebutuhan penunjang lainnya yang relatif mengalami peningkatan meski sedang pandemi Covid-19.

Meski begitu, Prasetyadi tidak menampik bahwa barang keluar atau ekspor mengalami sedikit penurunan terutama untuk komoditas rumput laut, beras dan jagung.

“Yang paling tertekan adalah ekspor ke Tiongkok yaitu sekitar 60 persen hingga 70 persen, termasuk impor dari negara tersebut. Menyusul beberapa negara di Asia Timur seperti Jepang dan Korea,” sebutnya.

Cegah Sebaran Virus Covid-19 di Pelabuhan Makassar

Dia menuturkan, saat ini kegiatan operasional di Pelabuhan Makassar masih tetap dilakukan 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Tetapi tetap menyesuaikan dengan protokol atau Standar Operasional Prosedur (SOP) di masa tanggap darurat pandemi Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah.

“Kami selalu bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Otoritas Pelabuhan (OP) dan Syahbandar untuk melakukan pemeriksaan terhadap kapal-kapal yang masuk. Memang membutuhkan waktu yang agak lama, tapi demi kebaikan kita bersama,” ucapnya.

Prasetyadi menambahkan, pihaknya juga telah siap menghadapi dan mendukung penuh upaya pemerintah daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Saat ini tinggal 10% saja karyawan yang bekerja di dalam kantor dan hanya sampai jam 2 siang, sesuai edaran pemerintah daerah. Namun untuk operasional tetap full sesuai dengan jadwal, tetapi semua petugas dilengkapi dengan peralatan untuk mencegah Covid-19,” imbuh Prasetyadi.

Dia juga mengatakan bahwa saat ini kegiatan bongkar muat di dalam pelabuhan masih terus berjalan, meskipun di luar pelabuhan terlihat sepi. Tapi untuk pelayanan di loket, pihaknya tetap menerapkan physical distancing atau pembatasan fisik.

“Untuk di luar pelabuhan kami mengikuti aturan pemerintah daerah. Tetapi di dalam pelabuhan kami mengikuti aturan dari Kementerian Perhubungan,” ujar Prasetyadi memungkasi.

Ekspor Produk Perikanan Indonesia

Ditengah pandemi virus Covid-19, industri perikanan Indonesia menggeliat dengan melakukan ekspor ke sejumlah negara. Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo optimis ekspor produk perikanan asal Indonesia akan terus terjadi ditengah pandemi Covid-19. Ia mengungkapkan, hal ini tak terlepas dari kebutuhan akan protein ikan yang tetap diburu oleh konsumen, dimanapun.

“Kebutuhan dunia tetap berjalan, terutama untuk pasar retail. Yang berkurang adalah tujuan food service untuk hotel dan restauran. Jadi ini peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dengan adanya kebijakan lockdown di berbagai negara,” kata Menteri Edhy di Jakarta, Jumat (17/4/2020).

Ia menambahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan berupaya untuk memberikan kemudahan logistik. Kelancaran logistik ini sangat diperlukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku Unit Pengolahan Ikan (UPI) dengan tujuan ekspor.

Bahkan, kata Menteri Edy, kementerian telah mengirim surat permohonan kepada gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 agar memberikan jaminan akses keluar dan masuk distribusi input produksi perikanan dan logistik ikan ke berbagai wilayah.

“Beberapa kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong ekspor terus diluncurkan, diantaranya menggenjot produksi perikanan tangkap dan budidaya melalui pemberian bantuan benih, bibit, induk, pakan, revitalisasi tambak, sarana rantai dingin dan bakti nelayan kepada pelaku usaha perikanan terdampak covid 19,” ujarnya.

Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor perikanan meningkat 9,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.

Amerika Serikat menempati urutan pertama dari lima negara tujuan utama ekspor selama Januari–Maret 2020. Nilai ekspor ke negeri Paman Sam tersebut mencapai USD508,67 juta (40,97 persen). Di peringkat kedua, Tiongkok dengan nilai USD173,22 juta (13,95 persen). Ketiga ada negara-negara di ASEAN dengan nilai USD162,29 juta (13,07 persen).

Selanjutnya, Jepang dengan nilai USD143,82 juta (11,59 persen), dan Uni Eropa dengan nilai USD82,05 juta (6,61 persen) melengkapi daftar keempat dan kelima. Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara tersebut dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56 persen). Disusul tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai USD176,63 juta (14,23 persen). Kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai USD131,94 juta (10,63 persen). Selanjutnya, rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 Juta (8,48 persen) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 Juta (4,33 persen).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *