Bali, indomaritim.id – Pemerintah masih memprioritaskan penggunaan batubara adalah sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik dan industri. Alih-alih mengekspor, pasokan batubara diprioritaskan untuk dalam negeri.
Direktur Jenderal Mineral Dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bambang Gatot Ariyono usai acara Coaltrans Asia Tahunan ke-25 di Bali mengatakan, selain memprioritaskan masalah harga, pengelolaan pertambangan batubara juga harus memperhatikan lingkungan hidup.
Baca Juga: Cuaca Buruk, Puluhan Kapal Isap Timah Sandar di Pelabuhan Pangkalpinang
“Indonesia masih diperhitungkan oleh dunia sebagai produsen batu bara yang penting, baik dari sisi produksi, penggunaan, ekspor, jadi kita masih dipandang dunia, walaupun memang cadangan kita tidak sebesar negara-negara seperti Tiongkok dan Australia,” kata Bambang Gatot Ariyono di Nusa Dua, Bali, Senin (24/6/2019).
“Dan itu menjadi tantangan pemerintah bagaimana menyeimbangkan antara yang ada sekarang dengan kepentingan perusahaan, dan dengan konservasi. Ini penting,” ujar Bambang
Dijelaskan Bambang, Pemerintah terus mendorong pelaksanakan kegiatan pertambangan yang berkeadilan, yakni kegiatan pertambangan yang dapat mengelola lingkungan sekitar pertambangan dengan lebih baik.
“Kegiatan pertambangan yang berkesinambungan adalah bagaimana mengelola lingkungan tambang. Jadi bagaimana kita kerja sama mengatur masalah ilegal mining, kemudian penggunaan mercury, terus bagaimana pengelolaan lubang tambang, nanti ke depannya seperti itu, termasuk bagaimana pengelolaan pertambangan yang ada di area hutan,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengatakan bahwa pengelolaan lingkungan di Subsektor batubara saat ini sudah jauh lebih baik, terutama di sektor pembangkit yang sudah menggunakan teknologi-teknologi yang lebih ramah lingkungan dengan emisi yang rendah.
“Dari sambutan Menteri ESDM yang dibacakan Dirjen Minerba, pengelolaan minerba bukan hanya masalah ketahanan energi saja, tapi juga bagaimana membuat kegiatan pertambangan yang lebih berkelanjutan dan lingkungan tetap terjaga. Jadi lingkungan sudah jadi agenda utama,” ujar Pandu.
Baca Juga: Ego Syahrial: Pemerintah Targetkan Reklamasi Lebih Dari 7.000 Hektar
Pandu menambahkan, pelestarian lingkungan tentunya akan menambah biaya dalam pemanfaatan batubara, namun dipastikan seluruh pelaku di industri batubara akan melakukannya.
“Mengenai lingkungan, tentu ini akan tambah cost, tapi pasti mau tidak mau semua setuju, karena semua akan lakukan itu. kami senang bahwa lingkungan itu adalah perhatian utama, itu penting. Walaupun kita pengusaha batubara, kita fokusnya juga ke sana, jangan salah,” lanjutnya.
Pemerintah telah memberikan penilaian khusus kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan atau PROPER.
Penilaian PROPER merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk mendorong para pelaku usaha menjalankan aktivitas bisnisnya yang beretika, berwawasan lingkungan dan bertanggung jawab.
PROPER didesain untuk mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan disinsentif. Insentif dalam bentuk penyebarluasan kepada publik tentang reputasi atau citra baik bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan lingkungan yang baik. Ini ditandai dengan label biru, hijau dan emas.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga