Jakarta, indomaritim.id – Icuk Sugiarto, legenda juara bulu tangkis dunia tahun 1983 yang juga merupakan andalan untuk kategori tunggal putra bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie King era 1980-an, adalah figur yang konsisten dalam meningkatkan keolahragaan dan kepemudaan.
Laki-laki kelahiran Solo, Jawa tengah ini telah menunjukkan bakatnya dalam bermain bulu tangkis sejak usia 12 tahun dan hingga kini masih piawai dalam memainkan raketnya yang dibuktikan dengan keaktifannya melatih anak-anak usia remaja di training center yang dikelolanya yaitu Icuk Sugiarto Training Camp di Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat.
Dalam kesempatan buka bersama, Jumat (30/4/2021) di Markas PWI DKI Jakarta, Gedung Prasada Sasana Karya, Jakarta Pusat, Icuk menceritakan pengalamannya di dunia olahraga. Sosok yang membawa nama harum bangsa Indonesia ini senang karena bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai putra bangsa dengan meraih kemenangan di sejumlah arena bulu tangkis yang selama ini lebih banyak didominasi oleh tim dari China dan Malaysia.
Menanggapi sistem regenerasi terutama untuk para atlet muda di bidang olahraga bulu tangkis. Icuk menilai harus ada komitmen dan konsistensi pihak terkait dalam bidang ini. Bukan hanya semata memberikan pendidikan tapi juga harus bisa mengasah bakat dan merangsang komitmen untuk pengukir prestasi.
“Bagaimana bisa mengaplikasikan keberhasilan itu, kita harus mampu bermanfaat bagi orang lain dan bisa menjadi ilham untuk sesama. Untuk menjadi ilham orang lain itulah ditunjukkan dengan bagaimana perilaku dalam keteladanan, sehingga kita harus bisa menciptakan juara di lapangan juga juara di luar (hidup di tengah masyarakat). “ papar Icuk penuh semangat.
Icuk Sugiarto juga memberikan tanggapannya mengenai insiden tim bulu tangkis Indonesia di All England 2021. Tim bulu tangkis Indonesia yang pulang tanpa membawa gelar usai dipaksa mundur oleh BWF pada Maret 2021. Penyebabnya, Jonathan Christie dan rekan-rekannya berada di pesawat yang sama dengan penumpang terkonfirmasi Covid-19. Peristiwa itu terjadi saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham.
“Menurut saya sebenarnya tidak ada pendeskriminasian tetapi justru yang saya soroti adalah persiapan tim Indonesia yang seharusnya bisa lebih baik. Dalam konteks sport-man, dalam insiden All England ini tidak ada yang dirugikan, harusnya Indonesia bisa datang lebih awal sehingga persiapan bisa lebih baik. Jadi, regulasi negara lain harus kita hargai dan patuhi jika regulasi di negeri ini juga ingin dihargai.” ungkap Icuk.
Menurut Icuk kondisi saat ini terutama saat covid-19 seharusnya membuat kita lebih mawas diri dan lebih mempersiapkan diri, apalagi jika ingin bertanding di negeri orang. Seharusnya prosedur dan kondisinya sudah seharusnya dipersiapkan dan dikondisikan segala kemungkinannya jauh-jauh hari. Artinya kondisi seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadii jika kita lebih siap dalam semua persiapan. Bisa dengan datang lebih awal, kemudian melakukan observasi dan persiapan sehingga semua bisa dikondisikan dengan lebih baik.
Eksistensi Atlet di Tengah Pandemi
Berbicara mengenai eksistensi dunia olahraga nasional di tengah pandemi, saat ini, menurut Icuk perlu ada kebijakan-kebijakan baru yang bisa menjamin para atlet untuk tetap latihan dan berolahraga dengan nyaman namun tetap memberlakukan protokol kesehatan. Dengan demikian target kemenangan pada setiap pertandingan tidak terhalang akan kondisi karena alasan pandemi.
Contohnya, ketika atlet sudah berada di gedung training center, mereka tentu harus sudah dipastikan telah menjalankan protokol kesehatan termasuk sudah divaksin dan mengikuti swab test, dan tidak perlu lagi berinteraksi dengan orang luar. Sehingga para atlet bisa berlatih dengan tenang dan semua latihan bisa berjalan seperti keadaan normal tanpa gangguan, atlet pun bisa konsentrasi penuh.
Icuk menambahkan prestasi itu tidak boleh terhenti, walaupun dalam kondisi pandemi. Seorang profesional itu tidak boleh terhenti, dan bagi seorang atlet tidak ada kata berhenti latihan. Karena jika tidak latihan seminggu-dua minggu maka harus berlatih mulai dari nol lagi.
Untuk itu pemerintah terkait seharusnya sudah mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan operasional pelatihan bagi tim yang akan berlatih setiap harinya. Dengan catatan semuanya sudah terpenuhi aturan protokol kesehatannya dan kepada para atlet tetap diberikan kebijakan tertentu yang berkaitan untuk menjaga kesehatan mereka selama berlatih di era pandemi. Seperti pengawasan kesehatan berkala, gizi dan vitamin serta dukungan fasilitas olahraga dan pelayanannya.
Dalam mendidik atlet-atlet muda sebagai bentuk regenerasi terutama di bidang olahraga bulu tangkis Icuk juga membuka arena sport center dengan nama Icuk Sugiarto Training Camp. Pembangunan sport center ini berdiri di empat hektar lahan di desa Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat. Icuk mengatakan inilah bentuk sumbangsihnya untuk bangsa ini. Ia mendirikan sport center ini dengan biaya dari koceknya pribadi bersama istrinya sekaligus sebagai wujud aksi nyata kepeduliannya kepada generasi atlet muda. Empat gedung olahraga yang terbangun saat ini telah diisi lebih dari 30 anak didik dari berbagai wilayah di Indonesia.
Icuk juga berpesan kepada generasi muda bahwa menjadi atlet yang berprestasi dan profesional itu menjanjikan dan bisa menjadi profesi yang patut ditekuni untuk bisa hidup sejahtera, seperti halnya atlet-atlet sepakbola dunia. Asalkan kita tekun dan bisa meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa, kita bisa menjadikan olahraga sebagai satu profesi yang menjanjikan sampai akhir hayat dan juga eksistensinya diakui oleh masyarakat. (Jakarta : DS/HA 30042021)
Reporter: Dewi Suspa, Haresti Amrihani