Metz, indomaritim.id – Indonesia menjadi satu dari delapan negara yang diundang kelompok negara maju G7 pada pertemuan Environmental Ministerial Meeting di kota Metz, Prancis pada 5-6 Mei 2019 lalu. Grup 7 atau G7 adalah sebuah grup negara yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Setiap tahun, para menteri lingkungan dari masing-masing anggota bertemu untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan lingkungan internasional dengan mengundang negara-negara lain.
Pertemuan ini menjadi penting, karena Indonesia menjadi salah satu co-chair International Coral Reefs Initiative (ICRI) mewakili Monako dan Australia, bersama dengan Sekretariat ICRI, menyampaikan paparan arti penting terumbu karang dan peran strategis ICRI dalam perlindungan dan konservasi terumbu karang dunia.
Baca Juga: Treasure Bay Bintan Jadi Magnet Wisatawan di Riau
“Indonesia juga menyampaikan capaian dan rencana ke depan dibawah keketuan bersama Indonesia, Monako dan Australia, serta kemitraan unik antara pemerintah, organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat dalam melindungi secara berkelanjutan terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya,” kata Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan, Suseno Sukoyono selaku delegasi dan pemapar dalam pertemuan.
“Pada kesempatan ini, Kanada dan Jerman juga menyampaikan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota ICRI,” ungkapnya.
Lebih lanjut Suseno mengatakan, G7 mengapresiasi keketuaan Indonesia pada ICRI sebagai bukti nyata keberpihakan Indonesia dalam memerangi ketimpangan dunia melalui upaya nyata perlindungan terhadap kerusakan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Sementara itu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, turut mengapresiasi langkah negara-negara anggota G7 untuk bergabung dalam keanggotaan ICRI.
Menurutnya, hal itu dapat memperluas kerja sama dan menjadi kekuatan baru bagi upaya pelestarian dan perlindungan terumbu karang secara global.
“Saya sangat mengapresiasi langkah tersebut, saya berharap negara-negara maju lainnya juga dapat bergabung untuk bersama-sama menjaga terumbu karang dari kerusakan akibat destructive fishing dan perubahan iklim,” kata Menteri Susi.
Pertemuan tingkat menteri yang dilaksanakan selama dua hari tersebut telah menyepakati beberapa hal. Diantaranya, mendukung upaya menetapkan target baru pengelolaan terumbu karang dalam kerangka perlindungan keanekaragaman hayati global pasca 2020, serta mendorong identifikasi inovasi pembiayaan untuk konservasi terumbu karang.