Jakarta, indomaritim.id – Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan ekosistem inovasi di sektor industri sebagai upaya percepatan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Penerapan industri 4.0 diyakini dapat mendukung pembangunan ekonomi berlanjutan.
“Pembangunan berkelanjutan memprioritaskan pola penggunaan sumber daya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sambil melestarikan lingkungan. Tidak hanya memenuhi kebutuhan di masa kini, tetapi juga untuk masa depan yang tidak terbatas,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Kepala BPPI menjelaskan, guna mencapai sasaran dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tersebut, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan adanya program pengembangan industri hijau. “Artinya, industri harus menerapkan efisiensi dan efektivitas dalam upaya penggunaan sumber daya yang berkelanjutan,” tuturnya.
Menurut Doddy, kriteria penilaian yang dibutuhkan untuk memenuhi prinsip industri hijau berfokus pada tiga aspek utama. Pertama, proses produksi yang terdiri dari efisiensi produksi. Kedua, penggunaan material input, energi, air, teknologi dan sumber daya manusia. Sedangkan aspek ketiga adalah lingkungan kerja di ruang proses produksi. “Industri hijau merupakan prinsip yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pelaku usaha,” ujarnya.
Doddy melanjutkan, penggunaan teknologi modern menjadi kunci untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber daya di era revolusi industri 4.0. “Teknologi industri 4.0 memiliki kemampuan memberikan solusi digital yang lebih baik untuk kehidupan kita sehari-hari, terutama selama pandemi saat ini,” imbuhnya.
Dalam hal ini, BPPI Kemenperin melalui berbagai balai litbang yang dimiliki siap membantu sektor industri untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Sebagai contoh, Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru telah melakukan berbagai terobosan yang berbasis sumber daya berkelanjutan dengan menggunakan bahan baku lokal.
Inovasi litbangyasa tersebut, di antaranya pemanfaatan clay lokal sebagai pengganti clay impor pada pembuatan papan semen, kemudian modifikasi tepung pati sagu dari pohon rumbia (Metroxylon sagu Rottb) sebagai bahan baku cangkang kapsul, serta pengembangan ekstrak kulit kayu bangkal (Nauclea sp) dan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) untuk sediaan bahan baku farmasi dan kosmetika.
Kepala Baristand Industri Banjarbaru Budi Setiawan menyampaikan, industri papan semen (fiber cement boards) selama ini masih bergantung pada beberapa bahan impor, salah satunya clay atau lempung. Guna menjawab tantangan tersebut, Baristand Banjarbaru berinovasi dengan memanfaatkan clay lokal sebagai pengganti clay impor.
“Kami melakukan modifikasi untuk memperbaiki sifat permukaan kaolin lokal yang masih lebih rendah dibandingkan clay impor, salah satunya dengan proses refining secara wet processing untuk mengurangi pengotor dan memperkecil ukuran partikel,” terangnya.
Inovasi selanjutnya adalah konversi pati sagu (Metroxylon sagu rottb) sebagai bahan baku pembuatan cangkang kapsul yang menyerupai gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan pohon rumbia sebagai salah satu hasil hutan.
“Cangkang kapsul mengandung gelatin sebagai komponen utama. Selama ini, sebagian besar gelatin yang beredar di dalam negeri merupakan produk impor dan berasal dari kulit dan tulang hewan. Pati sagu yang digunakan adalah pati sagu hasil modifikasi dengan metode cross linked,” ujarnya.
Merambah ke penelitian industri kosmetika yang semakin popular saat ini, Baristand Industri Banjarbaru juga menghasilkan inovasi berupa produk gel mask peel-off dan sheet mask dari ekstrak kulit kayu Bangkal (Nauclea sp) yang bahan bakunya cukup melimpah di Kalimantan Selatan. “Penelitian ini berupaya mengeksplorasi potensi dan manfaat kayu bangkal sebagai bahan aktif dalam produk kosmetika berupa masker gel dan sheet mask,” imbuh Kepala Baristand Industri Banjarbaru.
Untuk memperkenalkan berbagai inovasinyas secara lebih luas, Baristand Industri Banjarbaru menjalin kerja sama dengan civitas Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan dengan menggelar kegiatan International Conference on Science and Technology for Sustainable Industry (ICSTSI 2020).
Kegiatan bertema “Emerging Science and Technology as A Solution for Global Challenge on Research and Technology Based on Sustainable Resources” tersebut dilaksanakan secara virtual dengan menghadirkan Dekan FMIPA ULM Abdul Gafur sebagai salah satu pembicara. Abdul Gafur menyampaikan, pihaknya yakin kerja sama yang komprehensif dapat dengan seminar tersebut. “Semua peserta dapat saling belajar dan berbagi, yang diharapkan pada akhirnya mengarah pada kolaborasi yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan dan masyarakat kita,” ungkapnya.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga