Jadi Pembicara di Konfrensi SIDI ITS Surabaya, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio Angkat Potensi Pariwisata Maritim Indonesia

oleh
Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi 'Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019' di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur
Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi 'Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019' di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur. Foto: indomaritim.id/istimewa

Surabaya, indomaritim.id – Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 hingga 2015, Guru Besar Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan yang juga menjadi staff ahli Kementerian Pariwisata menjadi narasumber pada konfrensi ‘Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019’.

Pada konfrensi ini, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio mengangkat tema pariwisata maritim sebagai leading sector Indonesia masa mendatang.

“Presiden Joko Widodo menetapkan pariwisata sebagai leading sector dan sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi wisata maritim yang besar,” kata Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi ‘Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019’ di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Senin (2/9/2019).

“Pulau-pulau kecil dapat menjadi tempat wisata bernilai ekonomi tinggi, yaitu sebagai wilayah untuk kegiatan pariwisata berkelanjutan, area rekreasi, konservasi dan jenis pemanfaatan lainnya,” ujarnya.

Baca Juga: Berbicara di Forum IKAHAN dan SAG, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio Paparkan Visi Maritim Indonesia

Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio mencontohkan kepulauan Wakatobi sebagai marine tourism favorit untuk wisata selam dan snorkling. Juga kepulauan Sumbawa yang kaya dengan kebudayaan masyarakat pesisir pantai.

Pada konfrensi yang diikuti akademisi dan ahli kelautan ini, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menjelaskan konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang dicanangkan Presiden Jokowi sebagai agenda pembangunan yang difokuskan pada lima pilar utama.

“Lima pilar poros maritim dunia yakni membangun kembali budaya maritim Indonesia, kedua menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut dengan menempatkan nelayan pada pilar utama,” ujarnya

“Kemudian memberi prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dan keempat menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan bukan memisahkan,” ujar Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.

“Dan pilar kelima adalah membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim,” katanya.

Laksamana (Purn) Marsetio juga mengungkapkan dirinya bersama Konjen RI untuk Perth, Dewi Tobing, telah melakukan pertemuan di Perth, Australia. Tujuannya untuk mempromosikan Fremantle – Bali Yacht Race 2020. Rencananya, event ini akan diikuti 220 sampai 240 yacht. Atau akan menjadi route rally terbanyak pengikutnya. Fremantle Bali Yacht Race 2020 akan menempuh rute dari Bali ke Lombok, Labuan Bajo, Selayar, Pare-Pare, Toli-Toli dan Nunukan.

Dengan demikian, lanjutnya, ada tiga pintu masuk kapal kapal yachts dari Australia menuju Kepulauan Nusantara. Dua yg lain adalah jalur Darwin – Kupang dan jalur Brisbane – Debut, Maluku.

“Australia Barat telah menetapkan jalur pelayaran baru Fremantle – Bali pada tahun 2020, yang pada awalnya direncanakan akan diikuti sekitar 200-an kapal layar atau yachts,” kata Laksamana (Purn) Prof. Dr.Marsetio, yang juga menjadi Ketua Bidang Yachts & Cruise Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia

Triple C Pembangunan Negara Maritim

Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi 'Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019' di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur
Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi ‘Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019’ di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur. Foto: indomaritim.id/Istimewa

Pada konfrensi ini, Prof. Dr. Marsetio juga menyebut pendekatan Triple C untuk membangun Indonesia sebagai negara maritim.

“C yang pertama adalah contour atau tata ruang dimana pendekatan pembangunan Maritim bukan kontinental,” ujarnya.

“Sedangkan C yang kedua Content atau isi, dimana membangun infrastruktur di kawasan tengah dan timur Indonesia,” lanjut Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.

“Dan C yang ketiga Conduct yang bermakna tata laku, yaitu membangun karakter insan bahari menumbuhkan kesadaran maritim menjadi bagian awal tata laku pembangunan maritim,” ujarnya.

“Tinjauan ruang, isi dan tata laku ini sebagai visi maritim bangsa dalam bingkai wawasan nusantara sebagai landasan pembangunan nasional,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio memungkasi.

Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi 'Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019' di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur
Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio di acara konfrensi ‘Sustainable Island Development Initiatives Conference (SIDI Conference) 2019’ di Gedung Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur

Sustainable Island Development Initiatives Program (SIDI) merupakan program dari Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang bekerjasama dengan berbagai organisasi.

Dinukil dari laman situs ITS, SIDI didirikan pada tanggal 10 November 2012, ditandai dengan perjanjian kerjasama antara ITS, Departemen Kelautan dan Perikanan, Bupati Berau Kalimantan Timur dan Wismar University of Applied Sciences dari Jerman). Melalui SIDI, ITS telah ditunjuk oleh kementerian untuk mengadopsi dua pulau, Pulau Poteran di Kabupaten Sumenep dan Pulau Maratua di Kabupaten Berau.

Tujuan dari program SIDI adalah untuk pembangunan dan pemberdayaan pulau-pulau kecil di Indonesia, baik untuk pengembangan konsep pendidikan dan penelitian dan kegiatan-kegiatan yang melibatkan akademisi, mahasiswa, penelitian, pemerintah, industri dan lainnya.

Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: 
Rajab Ritonga