Jakarta, indomaritim.id – Neraca perdagangan bulanan Indonesia kembali mencatat surplus pada bulan November 2020. Capaian ini melanjutkan tren surplus neraca perdagangan yang telah terjadi sejak periode Mei 2020.
“Surplus perdagangan November 2020 mencapai USD 2,61 miliar. Meskipun surplusnya menurun dibandingkan surplus Oktober lalu yang sebesar USD 3,58 miliar, surplus November ini merupakan surplus tertinggi ketiga yang dicatatkan sepanjang 2020,” ujar Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di Jakarta, (17/12/2020).
Selain itu, lanjut Mendag, surplus perdagangan bulan November berbeda dengan surplus yang terjadi sebelumnya. Surplus ini terjadi karena adanya pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dari pertumbuhan impor, bukan akibat impor yang melemah lebih dalam dibanding ekspor.
Menteri Agus Suparmanto menjelaskan, surplus neraca perdagangan Indonesia periode November 2020 bersumber dari surpus sektor nonmigas sebesar USD 2,94 miliar dan defisit migas USD 322,9 juta.
Meskipun defisit migas bulan November mengalami penurunan, namun surplus neraca perdagangan secara total lebih rendah dibandingkan surplus bulan Oktober lalu. Penurunan surplus neraca perdagangan bulan November ini dilatarbelakangi adanya penurunan surplus nonmigas yang cukup besar jika dibandingkan surplus nonmigas Oktober.
Surplus neraca nonmigas November 2020 sebesar USD 2,94 miliar, turun USD 1,10 miliar dibandingkan surplus neraca nonmigas Oktober 2020 yang sebesar USD 4,04 miliar. Sementara pada sisi migas, defisit neraca migas November sebesar USD 322,9 juta, turun USD 142,5 juta dibandingkan defisit migas pada Oktober lalu yang sebesar USD 465,4 juta.
Ekspor November 2020 Tumbuh Lampaui Kinerja Ekspor November 2019
Pada November 2020 ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 15,28 miliar, tumbuh 6,36 persen (MoM) atau 9,54 persen (YoY). Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan, pertumbuhan ekspor bulan November 2020 didorong terjadinya pertumbuhan ekspor antara lain produk lemak dan minyak nabati naik, bahan bakar mineral, besi dan baja, serta mesin dan peralatan dari mesin.
Secara sektoral semua sektor berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekspor bulan November, dimana sektor pertanian tumbuh 6,33 persen (MoM) atau 33,33 persen (YoY), sektor manufaktur 2,95 persen (MoM) atau 14,47 persen (YoY), dan sektor pertambangan naik 25,08 persen (MoM) atau menurun 2,05 persen (YoY).
Di tengah pandemi pandemi Covid-19, secara kumulatif total ekspor Indonesia selama Januari sampai November 2020 mencapai USD 146,78 miliar, sedikit mengalami penurunan yaitu 4,22 persen (YoY).
Pada sektor nonmigas, sepanjang Januari–November 2020 ekspor sektor nonmigas turun sebesar 2,18 persen, begitu juga dengan ekspor sektor migas turun 31,59 persen.
“Ekspor bulan November semakin menunjukkan perkembangan pemulihan perekonomian global yang semakin baik. Menjelang setahun merebaknya pandemi Covid-19, masyarakat dunia kini semakin baik beradaptasi dalam menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona. Dengan demikian, masyarakat dapat terus beraktivitas dan bekerja dengan produktif sehingga aktivitas perekonomian global ikut membaik,” jelas Mendag.
Nilai ekspor Indonesia pada November 2020 ke negara mitra utama terus tumbuh, antara lain ke Tiongkok tumbuh 16,17 persen (MoM), Jepang tumbuh 11,67 persen (MoM), India tumbuh 10,04 persen (MoM), Australia 16,56 persen (MoM), dan Korea Selatan tumbuh 7,12 persen (MoM).
Kinerja ekspor di beberapa negara di kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga masih terus tumbuh, seperti ekspor ke Malaysia dan Thailand masing-masing sebesar 24,5 persen dan 8,79 persen; serta ke Jerman dan Belanda sebesar 35,38 persen (MoM) dan 7,52 persen (MoM).
Impor Semua Kelompok Barang pada November 2020 Menguat
Impor Indonesia pada November 2020 tumbuh 17,40 persen (MoM) mencapai USD 12,66 miliar; sementara jika dibandingkan November 2019 impor turun cukup dalam sebesar 17,46 persen.
Peningkatan impor November 2020 ini disebabkan adanya peningkatan impor migas sebesar 0,59 persen (MoM) dengan nilai USD 6,3 juta dan peningkatan impor nonmigas sebesar 19,27persen (MoM) dengan nilai mencapai USD 1,87 miliar.
Peningkatan impor migas sejalan dengan peningkatan konsumsi energi dan aktivitas masyarakat.
Sementara, lonjakan impor nonmigas yang cukup tinggi mencapai USD 11,58 miliar atau naik 19,27 persen (MoM) namun turun 12,33 persen (YoY), disumbang dari impor produk golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang meningkat 23,82 persen (MoM) atau sebesar USD 354,4 juta.
Secara penggunaan barang, pertumbuhan impor terbesar berasal dari impor barang modal dengan pertumbuhan mencapai 31,54 persen (MoM) dengan nilai USD 2,43 miliar; diikuti pertumbuhan impor barang konsumsi yang mencapai 25,52 persen (MoM) dengan nilai USD 1,3 miliar dan bahan baku/penolong yang mencapai 13,02 persen (MoM) dengan nilai USD 8,93 miliar.
Menteri Perdagangan mengungkapkan, peran golongan bahan baku/penolong mencapai 70,51 persen dari total impor Indonesia pada November 2020.
Secara kumulatif, nilai impor Indonesia Januari–November 2020 mencapai USD 127,13 miliar, turun sebesar 18,91 persen (YoY). Selama Januari–November 2020 nilai impor seluruh golongan penggunaan barang turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, antara lain penurunan terjadi pada kelompok barang konsumsi (turun 12,59 persen YoY), bahan baku/penolong (turun 19,78 persen YoY), dan barang modal (turun 18,61 persen YoY).
Impor nonmigas Indonesia selama Januari–November 2020 didominasi impor barang asal Tiongkok dengan nilai USD 34,91 miliar (dengan pangsa 30,53 persen total impor nonmigas Indonesia), Jepang USD 9,77 miliar (8,54 persen), dan Singapura USD 7,38 miliar (6,45 persen).
Sementara itu secara kawasan, impor nonmigas dari ASEAN mencapai USD 21,16 miliar dan berkontribusi sebesar 18,50 persen terhadap impor nonmigas Indonesia. Sedangkan impor dari kawasan Uni Eropa tercatat sebesar USD 9,06 miliar dengan pangsa 7,92 persen.
“Selama pandemi Covid-19 ini, pangsa impor dari Tiongkok mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi pemulihan pandemi Covid-19 yang relatif cepat di Tiongkok dibandingkan dengan negara lain sehingga pasokan dari Tiongkok menjadi alternatif utama bagi pasar Indonesia,” ujar Menteri Agus Suparmanto memungkasi.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga