Kinestetik Anak, Panduan Bagi Orang Tua Mengembangkannya

oleh
Kinestetik Anak, Panduan Bagi Orang Tua Mengembangkannya
Kinestetik Anak, Panduan Bagi Orang Tua Mengembangkannya

Jakarta, indomaritim.id – Kinestetik anak menjadi perhatian orang tua dan peneliti kurun waktu belakangan ini. Kecerdasan kinestetik anak, menjadi satu tolak ukur perkembangan dan pendidikan untuk anak.

Sudah menjadi sifat alamiah anak dibawah lima tahun untuk selalu bergerak. Mengenali lingkungan sekitarnya, menggunakan panca inderanya. Inilah masa emas, yang menjadi kesempatan mengembakan kecerdasan kinestik anak.

Secara umum, menurut pendapat psikolog anak, gaya belajar kecerdasan kinestetik yaitu:

  • Selalu bergerak, aktif menggerak anggota tubuhnya seperti menggoyangkan kaki, bergerak menari meskipun tak beraturan.
  • Berusaha menyentuh benda-benda yang dirasa asing. Anak secara alamiah menggunakan indra peraba untuk mengenali lingkungan dan berbagai benda disekitarnya.
  • Mengeksplorasi bunyi benda, jadi biarkan anak menggetukkan benda yang dipegangnya. Ia mempelajari bunyi-bunyian baru yang didengar dengan indera pendengaran.
  • Ingatan fisik yang tajam. Ini berhubungan dengan kebiasaan anak bergerak aktif dan menggoyangkan kaki, bergerak menarik. Anak memiliki ingatan yang baik tentang gerakan. Tak heran bila dengan mudah dapat mengulangi gerakannya lagi, selang beberapa waktu kemudian.
  • Koordinasi indera mata dan gerak tangan. Anak mengembangkan kecerdasan kinestetik dengan mengembangkan koordinasi dan kepekaan panca indra tubuhnya. Seperti koordinasi mata dan tangan terhadap ruang gerak.
  • Meskipun demikan, anak juga cepat merasa bosan dengan keadaan yang tidak disukainya. Ini merupakan hal alamiah dan wajar. Umumnya, saat anak anak dengan gaya belajar kinestetik kesulitan untuk diam dalam waktu lama.

Tak hanya itu, anak cenderung merasa bosan dengan hal-hal yang diulangi dan berurutan dalam waktu lama.

Ia juga mudah terpecah konsentrasinya, baik oleh situasi di sekitarnya ataupun dengan hal-hal baru yang didapatnya. Sehingga anak, sangat sulit untuk diajarkan hanya melalui visual atau perkataan tanpa diikuti dengan gerakan.

Baca Juga: Cara Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Pada Anak

Penelitian Tentang Kecerdasan Kinestetik Anak

Neil D. Fleming, seorang guru dan pemerhati pendidikan anak mengembakan model belajar anak dinamakan VARK yang merupakan singkatan dari Visual, Auditory, Read, dan Kinesthetic.

Dalam bukunya yang berjudul ‘Teaching and learning styles: VARK strategies‘, Neil D. Fleming, disebutkan melalui gaya belajar VARK dapat diidentifikasi di antara siswa, dan hasilnya relatif stabil.

Anak yang pintar cenderung memiliki gaya belajar kinestetik, pendengaran, dan membaca. Untuk menggembangkan kecerdasan kinestetik, anak menggunakan semua bagian tubuh mereka untuk menyimpan informasi. Mereka lebih aktif, dan tidak bisa diam di tempat.

Model VARK mengacu pada aspek modalitas sensorik, sehingga optimalisasi gaya belajar dapat dikaitkan dengan memori. Emosi seseorang diatur oleh ingatannya. Gaya belajar mempengaruhi kecerdasan emosional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar memiliki efek kecerdasan emosional. Gaya belajar VARK mengacu pada modalitas sensorik. Aspek sensoris manusia adalah pendengaran, membaca, dan mengarahkan kinestetik menjadi informasi untuk ditanggapi sebagai emosi.

Penelitian yang dilakukan Cavanaugh, MacInnis, dan Weiss pada tahun 2015 menegaskan bahwa modalitas persepsi mampu memberikan dukungan yang kuat untuk emosi. Aspek pendengaran mencerminkan modalitas pendengaran dibedakan menjadi harmoni (sumbang vs harmonis) dan tingkat desibel (diam vs. keras).

Dimensi modalitas baca seperti ritme membaca (keras vs lunak), dan dimensi modalitas kinestetik seperti kecepatan (cepat vs lambat). Persepsi ini mengarah pada respons emosional yang mungkin positif atau negatif, tergantung pada respons masing-masing orang. Ekspresi emosional terlihat dalam hubungan berbagai aspek kehidupan manusia setiap hari.

Penelitan memperlihatkan bahwa pengaturan diri adalah salah satu elemen dari kecerdasan emosional. Pengaturan diri mengacu pada emosi regulasi, yaitu kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan, atau kemampuan untuk mempertahankan dan mengendalikan mereka emosi untuk berperilaku dengan benar.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kinestetik berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosi dibandingkan dengan gaya belajar pendengaran dan membaca.

Kinestetik peserta didik lebih cenderung belajar dari pengalaman didapat ketika mereka melakukan kegiatan tertentu dan belajar oleh perbuatan.

Kinestetik adalah jenis gaya belajar yang mudah menerima dan memproses informasi melalui serangkaian kegiatan yang menggerakkan sebagian atau seluruh bagian tubuh dan berlatihlah hal-hal yang dipelajari.

Anak belajar mengembangkan kecerdasan kinestetik mereka dengan memindahkan tubuh melalui gerakan, seperti menari dan menggerak-gerakkan tangan mereka untuk menyentuh apapun.

Gerakan tubuh terkait dengan belajar melalui gerakan tubuh, berjalan, memutar tubuh, bergoyang, dan kegiatan ini dilakukan dengan terampil.

Saat anak dikembakan kecedasan kinetiknya sedari kecil, maka jari-jarinya cukup cekatan dan terampil membuat prakarya, menari dengan anggun, menulis dengan rapi, dan menggambar-gambar yang menyeluruh dan terperinci.

Hasil penelitian Boone dan Cunningham pada tahun 1998, membuktikan bahwa seorang anak berusia lima tahun mampu memecahkan kode informasi yang berkaitan dengan emosi diungkapkan oleh gerakan penari. Jadi, tarian adalah a bentuk ekspresi emosional, yang membutuhkan kerja tim, aadaptasi yang baik dari satu gerakan ke gerakan lainnya gerakan, dan dapat mengembangkan keharmonisan hubungan sosial.

Demikian juga yang dikemukakan oleh Hertenstein dan Keltner pada tahun 2011, bahwa sentuhan oleh anak terhadap orang tuanya, hewan peliharaan dan benda-benda disekitarnya, merupakan tanda ekspresi emosional dalam bentuk simpati dan kebahagiaan.

Singkatnya, untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik pada anak perlu diberikan rangsangan gerakan tubuh dan tangan gerakan yang sesuai dan waktu tertentu untuk mengembangkan kecerdasan emosi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *