Jakarta, indomaritim.id – Temuan Underwater Unmanned Vehicle (UUV) yang juga disebut drone laut, oleh nelayan di dekat Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada akhir tahun 2020 menjadi perhatian banyak pihak. Benda tak berawak ini, tidak beridentitas alat nama atau bendera yang memproduksi. Namun, temuan itu perlu disikapi secara bijak dengan melihat fakta dan data-data yang ada.
“Temuan benda asing tak berawak sudah beberapa kali terjadi di wilayah Indonesia. Sebagai antisipasi kedepan, perlu kerjasama dan keterbukaan antara TNI, pemerintah, akademisi dan pelaku industri,” kata Guru Besar Universitas Pertahanan, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, hadir sebagai penanggap bidang strategi seminar nasional ‘Ancaman Unmanned System Terhadap Sishanneg dan Respons Negara dari Aspek Hukum, Strategi, dan Teknologi’ yang digelar secara virtual oleh Universitas Pertahanan, Kamis (14/1/2020).
Pada kesempatan tersebut, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menyebutkan bahwa sejumlah institusi pendidikan Indonesia telah bekerjasama dengan institusi pendidikan luar negeri dalam bidang penelitan khususnya bawah laut. Universitas Sam Ratulangi misalnya, bekerjasma dengan Institut of Oceanology, China Academy of Science.
“Saya sependapat dengan pembicara sebelumnya, bahwa perlu regulasi, peraturan menteri yang mengatur UUV ini. Jadi tahun 2015, kita menetapkan keputusan menteri tentang pengoperasioan drone udara dimana hal yang sama bisa diterapkan,” ujarnya.
“Secara internasional, kemaritiman diatur oleh IMO dimana Indonesia juga menjadi anggotanya. Sedangkan dalam negeri, regulasi dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Untuk penelitian, menjadi ranah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya.
Sebelumnya, Rektor Universitas Pertahanan, Laksdya TNI Dr. A. Octavian menyebutkan UUV memiliki dampak terkait aspek pertahanan keamanan.
“Underwater Unmanned Vehicle berdampak terhadap pertahanan bawah laut dimana sifat pertahanan menjadi semakin dinamis,” kata kata Rektor Universitas Pertahanan, Laksdya TNI Dr. A. Octavian.
“Karena biaya lebih murah, maka kesempatan untuk small-medium coastial states untuk membangun drone bawah laut menjadi lebih besar,” lanjutnya.
Laksdya TNI Dr. A. Octavian menyampaikan, kedepan teknologi drone laut nuklir akan semakin marak perkembangannya. “Dapat menjadi game changer,” imbuhnya.
Untuk meninjau berbagai aspek UUUV yang banyak digunakan oleh angkatan laut negara dunia, Universitas Pertahanan menggelar seminar nasional ‘Ancaman Unmanned System Terhadap Sishanneg dan Respons Negara dari Aspek Hukum, Strategi, dan Teknologi’ yang digelar secara virtual oleh Universitas Pertahanan, Kamis (14/1/2020).
“Tujuan seminar ini untuk membahas secara akademik kondisi keamanan laut di perairan Indonesia secara umum terutama kepentingan nasional yang terkait dengan misi Indonesia mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia,” kata Rektor Universitas Pertahanan, Laksdya TNI Dr. A. Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D., CIQaR, CIQnR, IPU.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga