Jakarta, indomaritim.id – Guru Besar Universitas Pertahahan (Unhan) Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr Marsetio mengungkapkan, untuk menjadikan TNI AL sebagai World Class Navy terdapat empat elemen yang harus dipenuhi.
Empat elemen tersebut antara lain sumber daya manusia, teknologi, organisasi dan operasi yang unggul. Seluruhnya harus selalu ditampilkan dan diimplementasikan secara konsisten dari waktu ke waktu.
“Apabila keempat elemen World Class Navy itu dijalankan maka seperti apa yang disampaikan oleh para chief angkatan laut dari negara-negara bahwa kita akan menjadi World Class Navy,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr Marsetio dalam webinar bertajuk “Aplikasi SSM-Based AR Pada Riset Kemaritiman/Militer Dalam Penulisan Buku dan Jurnal” yang diselenggarakan oleh BKI Academy, Jumat (5/6/2020).
PT Biro Klasifikasi Indonesia atau disingkat BKI merupakan satu-satunya badan klasifikasi nasional yang diberikan kewenangan oleh Pemerintah Indonesia untuk mengklasifikasi kapal niaga berbendara Indonesia.
Tak hanya menjelaskan elemen World Class Navy, Marsetio juga mengupas Soft Systems Methodology Based Action Research (SSM Based AR) adalah suatu metolologi penelitian yang tujuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sifatnya kompleks-pluralist dimana unsur kualitatif dan ketidakpastian cukup dominan. Terutama dalam ranah kemaritiman dan militer saat ini, di mana lingkup kajian serta fenomena glabal semakin berkembang dan dinamis.
“Ini (World Class Navy) adalah buku kedua setelah buku pertama berjudul Sea Power Indonesia untuk panduan menuju World Class Navy. Saat itu memang belum ada referensi atau literatur tentang ap aitu Indonesian Sea Power,” ujar Marsetio.
Sea Power Jadi Modal Menyongsong Indonesia Gemilang 2045
Sebelumnya, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, Penasehat Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bid. Hankam Maritim juga menyampaikan Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi negara yang disegani dunia.
“Kejayaan Indonesia sebagai Negara Kepulauan sangat ditentukan oleh konsep kesatuan seluruh komponen kekuatan nasional dalam mengeksplorasi sumberdaya nasional,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, beberapa waktu lalu.
Mengutip pendapat Prof. Geoffrey Till, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menjelaskan sea power sebagai input adalah elemen elemen kekuatan nasional di laut antara lain aparat penegak hukum, industri pertahanan maritim, sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Sedangkan sea power sebagai output adalah suatu konsekuensi kemampuan untuk mengelola laut, kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku dari state or nonstate baik di dan atau lewat laut,” lanjutnya.
Hal tersebut menjadi penggerak untuk menyongsong Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor empat di dunia tahun 2030 setelah Tiongkok, India dan Amerika.
“Pembangunan Sea Power Indonesia 2019 hingga 2024 mencakup semua aspek kelautan yakni armada perang, armada niaga, perikanan, industri maritim, jasa maritim, pelabuhan, pariwisata maritim, masyarakat maritim yang kesemuanya untuk kesejahteraan masyarakat. Dan menjadi penting untuk membangun maritime domain awareness,” lanjutnya.
“Konsep negara maritim, adalah negara yang mampu memanfaatkan dan menjaga wilayah lautnya. Diperlukan strategi untuk membangun Indonesia menjadi sebuah negara maritim yang tangguh dan berdaulat,” ujar Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio memungkasi.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga