Manfaat Hutan Sebagai Sumber Kehidupan Bagi Masyarakat​

oleh
Manfaat hutan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat dapat dirasakan dan dilihat sehari-hari. Tak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, manfaatnya juga bisa dirasakan oleh masyarakat perkotaan.
Manfaat hutan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat dapat dirasakan dan dilihat sehari-hari. Tak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, manfaatnya juga bisa dirasakan oleh masyarakat perkotaan.

Manfaat hutan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat dapat dirasakan dan dilihat sehari-hari. Tak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, manfaatnya juga bisa dirasakan oleh masyarakat perkotaan.

Di Indonesia, hutan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

Hutan Produksi

Hutan produksi adalah hutan yang sengaja ditanam untuk untuk diambil kayunya. Contohnya, hutan yang ditanam dan dirawat oleh pabrik kertas.

Hutan produksi di Indonesia, mencapai luas kurang lebih 69,4 juta hektar yang tersebar di berbagai wilayah.
Hasil hutan produksi, dibedakan menjadi dua yakni kayu dan non kayu.

Hutan Konservasi

Hutan konvervasi adalah hutan dengan peruntukan dan fungsi pokok untuk menjaga keanekaragaman tanaman, satwa dan ekosistemnya.

Contohnya, area hutan di kawasan Ujungkulon yang menjadi habitat hewan langka yang dlindungi, badak bercula satu. Hutan disini dijaga, agar badak bercula satu tidak punah.

Hutan Lindung

Hutan lindung, adalah kawasan hutan yang befungsi sebagai ekosistem pelindung penjaga kehidupan, untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi dan memelihara kesuburan tanah.

Contohnya hutan lindung yang ditanam disekitar waduk. Selain berfungsi mengendalikan erosi dan kesuburan tanah, hutan lindung disini juga menjaga agar air di waduk tetap terjaga.

Hasil hutan, dimanfaatkan oleh manusia. Berikut empat manfaat hutan sebagai sumber kehidupan masyarakat:

  • Penghasil oksigen
  • Menjaga kesuburan tanah
  • Sumber Pangan dan Obat-obatan
  • Penghasil Kayu

Bakau, Tanaman Pelindung Daerah Pesisir

Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah berkurangnya abrasi air laut ke daratan, melindungi habitat alami biota laut seperti kepiting, bandeng dan burung laut. Tak hanya itu, reboisasi pantai dengan tanaman bakau mampu menjaga ekosistem pantai dan teluk.

Reboisasi bakau atau mangrove menjadi penting untuk segera dilakukan. Penanaman mangrove, menjadi satu cara mencegah abrasi laut di pesisir pantai. Untuk menyelamatkan bumi dari terkikisnya daratan oleh lautan.

Baca Juga: Kurau, Tujuan Wisata Mangrove di Bangka Belitung

Berikut manfaat-manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau:

Penahan Erosi dan Abrasi Pantai

Pohon bakau yang rapat dan memiliki akar kuat, mampu menahan kuatnya gelombang lautan yang menerpa pantai.

Kuatnya gelombang, dapat membuat tanah dan pasir yang berada di pantai ikut tersapu. Ini menyebabkan aberasi pantai.

Aberasi air laut, yang merembes sampai ke daratan membuat penduduk mengalami krisis air bersih. Air tawar yang tercampur air laut, menjadaikan air menjadi payau.

Manfaat reboisasi pantai dengan tanaman bakau adalah untuk melindungi daratan dan sumber air tawar.

Penyaring Alami

Akar pohon bakau yang tumbuh rapat, berfungsi sebagai penyaring sampah dan kotoran dari laut ke pantai. Dengan penanganan yang tepat, sampah terutama plastik dapat diambil dan ditangani secara terpadu.

Akar bakau juga penyaring air laut ke daratan. Fungsi ini membuat air laut tidak terserap masuk kedaratan hingga menyebabkan kelangkaan air tawar.

Pembentuk Pulau Alami

Hutan mangrove disebut sebagai pembentuk alami daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menjadi makin tebal.

Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan.

Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri dengan beragam biota pantai dan laut yang turut tumbuh bersama.

Hutan Bakau Penahan Intrusi Laut

Intrusi air laut terjadi karena air tanah banyak disedot untuk kebutuhan sehari-hari dan industri, maka air tanah terisi air laut.

Tentunya, hal ini membuat penduduk kesulitan mendapatkan air bersih untuk kelangsungan hidupnya.

Dampak lainnya adalah membuat pohon-pohon menjadi mati karena terkena air laut dengan kadar garam tinggi.

Reboisasi pantai dengan pohon bakau mampu menahan laju intrusi air laut.

Menahan Gelombang Tsunami

Menurut penelitian, hutan bakau di kawasan pesisir laut cukup efektif untuk mengurangi efek tsunami. Bakau dapat mengurangi ketinggian tsunami hingga 50 persen.

Kekuatan gelombang tsunami akan tertahan dengan kuatnya akar bakau mencegkram tanah. Semakin tinggi dan rapat tanaman bakau, maka semakin baik menahan hempasan gelombang akibat gempa tsunami di dasar laut.

Tentu, ini dapat menyelamatkan nyawa penduduk yang tinggal di pesisir pantai.

Manfaat Reboisasi Pantai Untuk Ekosistem

Hutan mangrove memiliki peranan penting dan manfaat bagi ekosistem pantai. Hutan pesisir, menjadi tempat berkembangbiak habitat kepiting, ikan kecil, dan berbagai burung laut.

Penduduk sekitar pantai pun, dapat memanfaatkan hutan bakau sebagai sumber makanan dan tempat mencari ikan.

Manfaat Hutan Sagu

Hutan sagu, sangat luas dan banyak terdapat di kepulauan Maluku dan Papua. Saat ini sebanyak 50,33 persen total luas tanaman sagu Indonesia berada di Pulau Papua.

Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang dapat menjadi alternatif pangan nasional. Sejak zaman dahulu, sagu telah menjadi pangan utama masyarakat kawasan timur Indonesia.

Bahkan, kini telah banyak bentuk produk turunan dari sagu seperti glukosa, yang dihasilkan melalui pemanfaatan pati dan dapat dijadikan ethanol dan fruktosa dalam industri makanan dan minuman.

Pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas.

Pemerintah memasukkan pengolahan sagu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Artinya, pemerintah memandang sagu sebagai bagian yang penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional terutama menghadapi krisis pangan seperti yang diprediksi oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO).

Sagu pada umumnya tumbuh di remote area dengan infrastruktur yang masih kurang memadai seperti akses jalan maupun listrik.

Selanjutnya, dalam rangka Pekan Sagu Nusantara 2020, Menperin pun memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah dan para pelaku industri kecil menengah (IKM) yang telah mengembangkan sagu dengan berbagai inovasi menjadi makanan dan aneka produk turunannya.

Gubernur Provinsi Papua Barat Dominggus Mandacan menyampaikan, potensi pengembangan sagu di provinsi tersebut masih luar biasa. Dari 510 ribu hektare lahan sagu, yang digarap baru sekitar 20 ribu hektare atau setara 3,93 persen. Selebihnya berupa hutan sagu.

Hutan Papua merupakan paru-paru dunia yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup di bumi. Apabila paru-paru ini rusak, maka keberlangsungan hidup pun akan terganggu.

Manfaat hutan tersebut sangat berarti bagi keberlangsungan hidup kita, makanya ada istilah bahwa hutan lestari maka masyarakat sejahtera. Oleh karena itu, merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menjaga dan melestarikan hutan.

Response (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *