Jakarta, indomaritim.id – Peran Indonesia menjadi strategis ditengah persaingan kekuatan besar militer di Asia Pasifik. Bersama ASEAN, Indonesia menginisasi konsep Indo Pasifik yang merupakan pandangan bersama tentang Indo-Pasifik dengan mengedepankan prinsip keterbukaan, inklusivitas, transparan, dan penghormatan terhadap hukum internasional.
“Konsep Indo Pasifik lahir dari pandangan visioner bahwa ancaman, kompetisi keras di antara negara-negara besar Asia Pasifik di Samudera Hindia yakni Amerika Serikat, Tiongkok, India, Australia dan Jepang,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio pada Rakornis Ditjen Strahan Kemhan Tahun 2021 .
Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio memaparkan presentasi berjudul Strategi Pertahanan Maritim di Era Indo Pasifik pada Rakornis Ditjen Strahan Kemhan Tahun 2021 dengan tema “Mewujudkan Kemandirian Pertahanan dan Keamanan yang Kuat melalui Kebijakan Strategi Pertahanan yang Adaptif” di Jakarta, (10/2/2021).
Dihadapan peserta Rakornis Ditjen Strahan Kementerian Pertahanan, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menjelaskan bahwa pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-34 ASEAN di Bangkok, Thailand, tanggal 23 Juni 2019 lalu, Presiden Joko Widodo kembali memantapkan konsep Indo Pasifik dan mendorong ASEAN untuk tetap bersatu dan kokoh.
Ia menambahkan, konsep Indo Pasifik dijadikan sebagai panduan dalam pengembangan kerjasama ASEAN dengan negara lain di wilayah Indo Pasifik.
“Mengutamakan dialog daripada persaingan merupakan implementasi Konsep Indo Pasifik, dan kerjasama ASEAN dimanfaatkan untuk menambah ketahanan setiap anggota dan ASEAN secara keseluruhan,” ujar Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Marsetio juga menyampaikan, ketahanan nasional Indonesia dalam lingkup geomaritim dalam bingkai visi Poros Maritim Dunia. “Dengan posisinya yang strategis, Indonesia harus mampu membangun kekuatan maritimnya agar bisa menjadi pemain kunci di kawasan Asia Pasifik,” kata Laksamana (Purn) Prof.Dr. Marsetio.
“Wilayah maritim regional kita, berada ditengah persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang terlihat sangat jelas di Laut China Selatan. Konflik terbuka antara kedua negara akan menjadi peristiwa yang paling tidak diinginkan terjadi di perairan kita. Juga kemungkinan bentrokan antar badan keamanan laut, angkatan laut atau penjaga pantai, semakin besar seiring berjalannya waktu,” ujarnya.
Sea Power Indonesia di Kawasan Asia Pasifik
Pada kesempatan yang sama, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 – 2015 yang juga menjadi Guru Besar Ilmu Pertahanan di Universitas Pertahanan memaparkan sea power Indonesia ditengah kawasan Asia Pasifik.
“Ada enam elemen penting sea power. Yang pertama adalah posisi geografis, kemudian bentuk fisik, luasnya wilayah, jumlah penduduk, karakter bangsa dan yang terakhir karakter pemerintah,” kata Laksamana TNI (Purn) Marsetio.
“Sea power sebagai input adalah elemen elemen kekuatan nasional di laut antara lain aparat penegak hukum Industri pertahanan maritime, sumber daya alam dan sumber daya manusia,” lanjutnya.
Sedangkan sea power sebagai output, lanjutnya, adalah suatu konsekuensi kemampuan untuk mengelola laut dan kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku dari state or nonstate baik di dan atau lewat laut.
Marsetio menyebut, sejak digulirkannya konsep Belt and Road Initiative (BRI), Tiongkok menjadi negara besar yang merajai perdagangan dunia. Lewat jalur kereta api yang membentang hingga Eropa dan Jalur Sutra Maritim-nya, Tiongkok memiliki pengaruh yang besar pada arus perdagangan dunia.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga