Jakarta, indomaritim.id – Peranan Indonesia lewat ASEAN sangat besar dalam rangka menghadapi Covid-19. Apalagi lagi ditengah pandemi, eskalasi konflik di Laut China Selatan meningkat. Pandangan tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr Marsetio pada Webinar bertema “Mewujudkan Sinergi Berbagai Komponen Bangsa dalam Menghadapi Wabah Covid-19 ” yang digelar atas kerja sama Jakarta Defence Studies (JDS) dengan Universitas Pertahanan (Unhan), di Jakarta, Selasa (28/4/2020).
“Dalam menghadapai Covid-19 ini diperlukan sebuah diplomasi yang tepat untuk negara-negara di kawasan. Indonesia sudah menjadi suatu inisiator di ASEAN dalam menghadapi Covid-19,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr Marsetio.
Ia menambahkan, pandemi virus Covid-19 yang melanda dunia saat ini tidak bisa dipisahkan dengan kondisi lingkungan strategis secara global. Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok turut menyeret pada meningkatnya eskalasi konflik di Laut China Selatan.
Marsetio menyebut, sejak digulirkannya konsep Belt and Road Initiative (BRI), Tiongkok menjadi negara besar yang merajai perdagangan dunia. Lewat jalur kereta api yang membentang hingga Eropa dan Jalur Sutra Maritim-nya, Tiongkok memiliki pengaruh yang besar pada arus perdagangan dunia.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) tahun 2012-2015 mengugkapkan, dalam mengatasi pandemi ini, tidak ada negara yang bisa mandiri sehingga memerlukan sinergi dengan berbagai negara. Ia menambahkan bahwa langkah Indonesia tersebut tetap berada dalam koridor politik luar negeri bebas aktif yang mengutamakan kepentingan nasional.
“Menlu Retno Marsudi sudah mendorong komitmen tahun 2020 di tengah Covid-19 ini mengenai peranan ASEAN,” ujar Marsetio.
Saat dunia menghadapi dampak kesehatan, sosial dan ekonomi, ketegangan di Laut China Selatan terus meningkat. Ketegangan antara negara di kawasan ini muncul setelah Tiongkok Tiongkok membentuk dua distrik baru di Kota Sansha, kota paling selatan di provinsi Hainan.
Dua distrik baru yang dibentuk ini, yang mencakup beberapa bagian di Laut Cina Selatan, termasuk yang diklaim Filipina yakni Kepulauan Spratly, Scarborough Shoal, dan Fiery Cross Reef.
Wilayah yang menjadi distrik baru ini menjadi daerah yang diklaim banyak negara. Tiongkok, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan bersitegang soal kepemilikan Kepulauan Spratly. Sementara Fiery Cross Reef, diklaim oleh Tiongkok, Filipina, Vietnam, dan Taiwan. Sedangkan Taiwan, Cina, dan Filipina semuanya mengklaim Scarborough Shoal.
Dikutip dari laman Reuters, ketegangan di Laut China Selatan juga membuat kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Australia bergerak masuk ke kawasan ini, pada Selasa (21/4/2020).
Kapal perang USS Amerika, USS Bunker Hills, USS Barry dan kapal Australia HMAS Parramatta beroperasi memantau kawasan ini di saat sebuah kapal Tiongkok masuk di kawasan eksplorasi minyak Malaysia.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga