Mengembangkan Potensi Ekonomi Kebaya Sebagai Pendukung Gerakan Budaya

oleh

Jakarta, indomaritim.id – Kongres Berkebaya Nasional (KBN) 2021 yang digelar secara daring 5-6 April menyelenggarakan webinar bertajuk Mengembangkan Potensi Ekonomi Kebaya Sebagai Pendukung Gerakan Budaya.

Diskusi yang membahas potensi ekonomi kebaya di Indonesia ini menghadirkan Pixy, SE, M.Phil selaku Asisten Deputi Permodalan Kementerian Koperasi dan UKM, Designer Indonesia Musa Widyatmodjo dan Lenny Agustin, Dr. Fransisca Sestri, MM, Sekretaris Jenderal Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) dan dimoderatori oleh Dewi Suspaningrum.

Dalam diskusi ini, Pixy menerangkan bahwasanya kebaya yang sering dianggap jadul bagi kalangan milenial, justru menjadi mangsa pasar untuk meningkatkan perekonomian dan ini harus didukung oleh tangan-tangan designer yang merupakan perancang kebaya untuk merancang dengan style yang kekinian. Dan kaitannya untuk mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda ke UNESCO maka harus dimulai dari dalam negeri terlebih dahulu dan tidak berhenti pada momen-momen tertentu tetapi juga dalam kehidupan bernegara.

Kebaya secara tradisional tidak hanya dipakai di Indonesia, tetapi di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei juga menjadi mangsa pasar.

“Pihak pemerintah juga menyediakan pelatihan-pelatihan bagi pelaku usaha seperti pelatihan bagaimana memasarkan di marketplace,” ungkap Asisten Deputi Permodalan Kementerian Koperasi dan UKM itu.

Fransisca Sestri selalu Sekretaris Jenderal LPER juga menerangkan, potensi ekonomi kebaya ini harus didukung berbagai pihak mulai dari pemerintah, perbankan, asosiasi, dan berbagai pemangku kepentingan.

Kolaborasi antar beberapa lembaga ini tentu bisa membentuk suatu aliansi supaya gerakan wanita memakai kebaya bisa tercipta Hari Kebaya Nasional seperti Hari Batik Nasional. Media juga menjadi tulang punggung untuk menyuarakan pentingnya pelestarian kebaya.

Selain itu, designer Lenny Agustin yang karyanya memiliki mangsa pasar generasi milenial menyatakan bahwa kebaya ini memiliki mangsa pasar selamanya seperti acara formal, pernikahan, wisuda, dan lain-lain, artinya, secara bisnis ini sangat menjanjikan.

Designer Musa Widyatmodjo juga menambahkan, berbicara mengenai fashion kebaya itu tidak mudah, banyak peraturan, tata krama dan sosial, jadi kapan fashion kebaya ini bisa diterapkan dan kapan bisa didobrak sehingga harus bisa menyesuaikan dengan kapasitas acara, kondisi, dan tempat. Berkebaya seharusnya secara otomatis bisa menjadi gaya hidup sehingga tidak ditinggalkan terutama generasi muda.

“Biasanya anak muda lihat temannya memakai kebaya pasti dapat komentar, jadi PR nya di negeri sendiri,” papar Musa Widyatmodjo.

Pemakaian kebaya ini harusnya tidak hanya momen-momen tertentu saja, seperti kongres atau peringatan hari Kartini. Peranan untuk mempromosikan kebaya juga menjadi tugas bersama bukan hanya designer sehingga kebaya bisa bertahan dan kebaya itu bisa mengikuti kebutuhan.

Reporter : Haresti Asysy Amrihani
Editor: Mulyono Sri Hutomo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *