Mengenang Kepergian Pelaut Sejati: Pangeran Philip

oleh
Pangeran Philip

Zaynita Gibbons

Koresponden Eropa Indomaritim.id

Meninggalnya Pangeran Philip, Duke of Edinburgh dalam usia 99 tahun meninggalkan duka yang mendalam bukan hanya bagi bangsa Inggris, tetapi juga dunia maritim karena jasa-jasanya yang luar biasa di bidang kelautan. Duke of Edinburgh, meninggal 9 April dan dimakamkan pada tanggal 17 April di Kapel St George, Kastil Windsor. Pangeran Philip adalah perwira pelaut sejati yang akan selalu dikenang sepanjang masa. 

Meskipun tidak dapat mengabdi sampai paripurna di Angkatan Laut Inggris (Royal Navy) setelah mendampingi Ratu Elizabeth, ia tetap memiliki kecintaan pada laut.  Seandainya Duke of Edinburgh tidak menikah dengan Putri Elizabeth, beberapa orang percaya dia akan menjadi penguasa lautan, memimpin armada Royal Navy sebagai First Sea Lord

Pangeran Philip, putra Pangeran Andrew dari Yunani dan Putri Alice dari Battenberg, lahir di pulau Corfu yang indah pada tahun 1921. Pada akhir tahun tersebut, bayi Philip dan orang tuanya melarikan diri ke Paris dengan kapal Angkatan Laut Kerajaan ketika pamannya, Raja Constantine I dipaksa turun takhta.  Setahun kemudian, keluarganya menetap di St Cloud, sebelum pindah ke Inggris.

Menjelang 16 bulan sebelum Perang Dunia II pada tahun 1939 berkobar, Philip Mountbatten bergabung dengan Angkatan Laut Inggris dengan menjadi kadet. Philip belajar di Royal Naval College di Dartmouth, dan dinobatkan sebagai kadet terbaik. Ia kemudian bertugas di fregat, HMS Magpie selama enam bulan di Samudra Hindia. Pada usia 17 tahun Pangeran Philip, berada di HMS Valiant, dan bertempur di Cape Matapan. Namanya banyak disebut-sebut dalam pertempuran Cape Matapan. 

Seperti dilaporkan oleh independent yang berbicara tentang prestasi Philip, komandannya berkata: “Berkat kewaspadaan terhadap situasi ini, kami dapat menenggelamkan dalam lima menit dua kapal penjelajah Italia dengan meriam delapan inchi.” Diadianugerahi tanda penghargaan Greek War Cross of Valor.

Pada pertengahan 1941, setelah Pertempuran Cape Matapan dan Kreta, calon Adipati Edinburgh itu menuju ke Portsmouth untuk mengikuti ujian sub-letnan: ujian di bagian meriam, torpedo, navigasi, sinyal dan pelayaran.  Philip mendapat nilai tinggi untuk setiap mata ujian. 

Pada tahun 1942, pada usia 21 tahun, Philip menjadi salah satu perwira termuda di sebuah kapal perusak yang mengawal HMS Wallace berlayar ke Samudra Hindia.

Menurut  Independent, Philip juga pernah menjabat sebagai Letnan Satu di kapal perusak HMS Whelp di Pasifik, di mana ia membantu menyelamatkan dua penerbang pada tahun 1945. 

Philip kembali ke Inggris pada tahun 1946 dan kuliah di Royal Naval Staff College di Greenwich. Pada tahun 1949, Philip diangkat menjadi orang kedua di HMS Chequers. 

Tahun 1938 merupakan titik baru dalam kehidupan Philip yang atas nasihat ayahnya dan Lord Mountbatten, memutuskan bergabung dengan Royal Navy. Dia mendaftar di Britannia Royal Naval College di Dartmouth. 

Philip unggul dalam pelatihan angkatan laut. Orang sezamannya Terence Lewin yang kemudian menjadi First Sea Lord berkata: “Pangeran Philip adalah seorang pelaut yang sangat berbakat. Tidak diragukan lagi.  Jika dia tidak jadi suami Putri Elizabeth, dia akan menjadi First Sea Lord, bukan aku.“ kata Terence.

Dua tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, pernikahan kerajaan dilangsungkan. Philip masih menjadi perwira Angkatan Laut ketika dia menikahi Putri Elizabeth pada tahun 1947. 

Seperti dilansir BBC, karir Pangeran Philip berkembang pesat di angkatan laut. Namun, kariernya yang cemerlang dan menjanjikan itu terputus dengan kematian dini Raja George VI pada 6 Februari 1952. Pasalnya, Elizabeth naik takhta, dan itu berarti Philip harus mengabdikan hidupnya untuk tugas kerajaan. Meskipun karir angkatan lautnya berakhir, Pangeran Philip tetap berhubungan dekat dengan Royal Navy untuk tugas-tugas pelayanan.

Pada  tahun 1952, ia diangkat menjadi Laksamana Korps Kadet, Colonel-in-Chief of the Army Cadet Force dan Commodore-in-Chief Air Training Corps. Tahun berikutnya ia dipromosikan menjadi Admiral of the Fleet dan diangkat menjadi laksamana di Royal Navy.

Pada tahun 1953, ia diberi pangkat bintang lima kehormatan di tiga matra layanan: menjadi Laksamana Armada, Marsekal Lapangan Angkatan Darat dan Marsekal Angkatan Udara Kerajaan. Pada tahun 2011, ia diangkat menjadi Lord High Admiral, kantor Kepala Tituler Angkatan Laut, menggantikan Ratu dalam peran tersebut. 

Pertemuannya dengan Elizabeth bermula pada Juli 1939. Philip ditugaskan untuk menghibur sepupu jauhnya, Putri Elizabeth yang berusia 13 tahun dan adik perempuannya Margaret ketika mereka mengunjungi perguruan tinggi. Mereka bertemu tahun 1934 dan tahun 1937 pada penobatan George VI, pada kesempatan ini Elizabeth jatuh cinta pada Philip. Selama beberapa tahun berikutnya mereka saling menulis surat, tetapi untuk saat ini ada prioritas lain: perang menghadapi Jerman.

Penugasan perang Philip dimulai di HMS Ramillies di Ceylon pada Januari 1940.  Pada hari-hari awal perang dia ditempatkan jauh dari medan tempur karena Yunani tidak berperang. Sebagai seorang Pangeran Yunani, Inggris tidak menginginkan Philip terbunuh di kapal Royal Navy. 

Namun, kondisi ini berubah ketika Italia menginvasi Yunani dan Philip menjadi peserta aktif di pihak Sekutu.  Pada Pertempuran Cape Matapan di lepas pantai Yunani pada bulan Maret 1941, Philip bertugas sebagai midshipman di HMS Valiant. Ia bertanggung jawab mengoperasikan lampu sorot kapal untuk memilih kapal pada malam hari.

Kapal yang diidentifikasi oleh Philip adalah dua dari lima kapal perang Italia yang ditenggelamkan oleh Inggris dengan korban 2.300 pelaut. Itu adalah kekalahan angkatan laut terbesar Italia. Philip dalam pertempuran itu dianugerahi Salib Valor Yunani atas keberaniannya.

Tahun berikutnya, pada usia 21 tahun, Philip dipromosikan menjadi salah satu letnan termuda di angkatan laut dan pada Juli 1943. Ia sekali lagi beraksi, kali ini di atas kapal HMS Wallace yang mengambil bagian dalam invasi ke Sisilia. Selama serangan malam, Wallace dibombardir pesawat Jerman. 

Philip mengakhiri perangnya di atas kapal HMS Whelp, salah satu kapal yang mengambil bagian dalam penyerahan resmi pasukan Jepang pada tanggal 2 September 1945. Ia berada di Teluk Tokyo saat upacara penyerahan Jepang berlangsung di kapal perang, dan bisa melihat apa yang terjadi dengan teropong lautnya. 

Setelah perang usai, Philip berharap untuk melanjutkan karier angkatan lautnya, tetapi takdir menentukan masa depan yang berbeda. Dia melamar Elizabeth dan tahun 1946. Ayah Elizabeth, George VI, awalnya keberatan  meskipun menyukai Philip. 

Pangeran memiliki catatan perang yang luar biasa tetapi dia bukan orang Inggris dan bukan anggota Gereja Inggris.  Dia bahkan tidak memiliki nama keluarga dan pernikahan “asing” dipandang dengan hati-hati, terutama setelah Krisis Pengunduran Diri 1936. 

Philip secara resmi meminta izin George untuk menikahi Elizabeth dan raja menyetujui dengan syarat dia menunggu pertunangan sampai Elizabeth berusia 21 tahun pada bulan April 1947.  Pada tanggal 9 Juli pada tahun itu pertunangan pasangan itu diumumkan. 

Philip menjadi warga negara Inggris. Dia melepaskan gelar Yunani dan Denmark, beralih dari Ortodoksi Yunani ke Anglikan dan mengambil nama gadis ibunya, Mountbatten.

 

Pemakaman Agung

Perpisahan terakhir Duke of Edinburgh  menjadi pemakaman kerajaan yang tiada duanya, dengan Ratu dan keluarganya mengikuti pedoman dan mengenakan masker wajah serta menjaga jarak secara sosial saat mereka berkumpul untuk memberikan penghormatan.

Upacara pemakaman Philip pada  17 April di Kapel St George, Kastil Windsor, ditandai dengan kesunyian nasional sejak pukul 3 sore dan dilaporkan secara live oleh stasiun BBC London.

Pada jam 3 sore, Sabtu, semua rakyat Inggris menundukkan kepala selama satu menit, memberikan respect kepada almarhum.  Semua orang di jalan, di toko, di supermarket, di park, di dalam mobil, ikut menundukkan kepala mereka selama satu menit.  

Legacy Pangeran Philip tetap hidup di hati jutaan anak-anak dunia dan di seluruh Inggris yang menikmati semua project Duke of Edinburg Award termasuk Indonesia.

Perdana Menteri Boris Johnson tidak menghadiri pemakaman untuk memungkinkan kehadiran sebanyak mungkin anggota keluarga selama pembatasan virus corona. Tercatat hanya 30 orang yang boleh mengikuti pemakaman sang pangeran.

Peti jenazah sang Duke sebelumnya  disemayamkan di kapel pribadi Kastil Windsor sesuai dengan keinginannya. Pada pagi hari pemakaman, peti jenazah diangkut ke kapel menggunakan Land Rover yang dimodifikasi khusus, diiringi Pangeran Wales dan bangsawan senior dengan berjalan kaki. 

Ini merupakan penghormatan yang pantas untuk Philip, pangeran terlama di negara itu yang dikenal karena keterampilan praktisnya dan minatnya yang abadi pada desain dan teknik.

Peti jenazah Philip dibungkus dengan kain, dihiasi karangan bunga, topi dan pedang angkatan lautnya. Peti mati diapit para pengusung jenazah yang merupakan pasukan khusus sang Duke, marinir kerajaan, dan resimen, korps.

Prosesi dari pintu masuk negara bagian ke tangga barat Kapel St George memakan waktu delapan menit. Sebanyak 30 orang yang menghadiri pemakaman termasuk anak, cucu, dan keluarga dekat Duke lainnya hadir sebagai tamu, tetapi Duchess of Sussex (Meghan) tidak hadir di Inggris untuk acara pemakaman itu. Meghan melakukan segala upaya untuk dapat bepergian dengan Harry, tetapi tidak mendapat izin medis untuk naik pesawat dari Amerika Serikat.

Meskipun terjadi secara pribadi di Kapel St George, warga Inggris dapat menyaksikan upacara pemakaman yang disiarkan di televisi, berarti tidak saja warga Inggris tetapi juga seluruh dunia dapat menjadi bagian dari peristiwa bersejarah ini.

Kapel St George di Kastil Windsor adalah tempat peristirahatan 10 raja. Tenggelam dalam sejarah, gereja gotik abad ke-15, yang terletak di Bangsal Bawah kediaman favorit Ratu, telah menyaksikan banyak pemakaman kerajaan dan pernikahan.

Berbagai pemimpin politik, anggota masyarakat, dan publik di seluruh dunia mengungkapkan belasungkawa atas wafatnya Pangeran Philip, suami Ratu Elizabeth II, termasuk Dubes Indonesia untuk Kerajaan Inggris merangkap Irlandia dan International Maritime Organizatio, Dr. Desra Percaya. 

Dubes Desra yang sebelumnya  menjabat sebagai Direktur Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika di Kemlu (2016-2020) mengatakan ikut berduka cita atas meninggalnya Pangeran Philip. Desra yang pernah menjadi Duta Besar atau Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di New York (2012-2016), dan Duta Besar atau Deputi Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di Jenewa (2009-2011) mengatakan, Pangeran Philip merupakan seorang tokoh yang dicintai rakyat Inggris dan menjadi sahabat lama Indonesia. 

Ratu Inggris Elizabeth II bersama Pangeran Philip pernah berkunjung ke Indonesia pada 15 – 22 Maret 1974.

Pangeran Philip menikah dengan Putri Elizabeth pada 1947, memiliki empat anak, delapan cucu, dan 10 cicit. Putra pertama Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth, Pangeran Charles, lahir pada 1948. Anak kedua adalah Putri Anne yang lahir pada 1950, kemudian anak ketiga Pangeran Andrew, lahir pada 1960. Anak keempat adalah Pangeran Edward yang lahir pada 1964.

Editor: Rajab Ritonga, Haresti Amrihani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *