indomaritim.id, Jakarta – Ketua Umum Women In Maritime Indonesia (WIMA-INA) Nirmala Chandra Motik mengungkapkan, perempuan Indonesia memilki potensi besar untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai visi menjadi poros maritim dunia.
“Kita harus bersatu. Mendukung satu sama lain agar kaum perempuan di Indonesia dapat berperan besar dan punya peran penting bagi pembangunan negara kedepan, khususnya dibidang maritim,” kata Chandra Motik pada acara WIMA talkshow “Empowering Women In The Maritime Community”, Jumat (18/10/2019).
Acara ini menjadi bagian dari gelaran pameran dan seminar industri maritim Indonesia Maritime Expo pada 16 sampai 18 Oktober 2019 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Acara talkshow ini dipandu moderator acara Dr. Rahajeng Widya SE, MM,. Pembicara pada talkshow ini adalah Dr. Chandra Motik SH.MH. (Ketua INSA), Carmelita Hartoto (Ketua INSA), Ferry Ira Puspadewi (Direktur Utama – PT. ASDP), Capt. Kartini (Indonesia first Female Ship’s Captain), Umiyatun Hayati Triastuti (Kepala BPSDM Kementerian Perhubungan RI), Ratih Nurdiati (Wakil Sekertaris Kabinet) dan Shanti Puruhita (Corporate Secretary IPC).
Ia menambahkan, perempuan yang punya sisi lembut dan penuh kasih sayang ternyata dapat menjadi sosok cerdas, tangguh, pekerja keras. Karenanya Indonesia sangat membutuhkan keterlibatan peran perempuan di sektor kemaritiman.
“WIMA Indonesia selalu mendorong keterlibatan peran kaum perempuan dalam sektor maritim, salah satunya terbukti dari beberapa perempuan tangguh anggota WIMA yang telah berperan aktif menunjukkan kontribusi positif bagi negeri ini,” ujar Chandra Motik memungkasi.
Organisasi WIMA (Woman in Maritime) INDONESIA resmi berdiri tanggal 18 September 2015 dengan nama- nama berikut sebagai pendirinya: Chandra Motik, Carmelita Hartoto, Hani Cahyanti, Tresna Pardosi,Yenni Destari, Yanti Agustinova,Een Nuraini Saidah,Meggy Tri Buana,Chritstiana Yustita.
Satu tujuan pembentukan WIMA adalah meningkatkan peranan wanita dibidang Maritim untuk membangun kembali dan meningkatkan budaya maritim di Indonesia.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga