Jakarta, indomaritim.id – OceanX, bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), telah merampungkan misi eksplorasi kelautan perdananya di perairan Indonesia, yang berakhir pada 25 Agustus 2024 di Bitung, Sulawesi. Misi Indonesia 2024 menandai tonggak penting dalam eksplorasi dan penelitian kelautan yang berkontribusi pada upaya sains dan konservasi di perairan Indonesia.
Misi tersebut mencakup penelitian keanekaragaman hayati untuk mendukung penetapan Kawasan Konservasi Laut, pemahaman tentang ekosistem iklim dan paleoklimatologi, pengujian mikroplastik dan kualitas air, serta pemetaan batimetri dasar laut seperti zona Megathrust—yang memiliki implikasi signifikan terhadap risiko dan mitigasi gempa bumi dan tsunami di masa mendatang.
BACA JUGA: BKSAP DPR RI Kunjungi Kapal OceanX untuk Dukung Studi Kelautan Indonesia
Co-CEO dan Chief Science Officer OceanX, Vincent Pieribone, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang efektif dengan mitra dan ilmuwan Indonesia selama misi berlangsung.
“Kami sangat gembira atas tuntasnya eksplorasi penelitian pertama kami di perairan Indonesia. Kolaborasi kami dengan para peneliti Indonesia telah menjadi kesuksesan yang luar biasa dan kami sangat antusias dengan implikasi jangka panjang yang akan diberikan data ini bagi sains dan konservasi,” kata Vincent Pieribone dalam keterangannya, pada Jumat, (20/9/2024).
Sependapat dengan Pieribone, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenkomarves, Firman Hidayat, menekankan pentingnya misi tersebut secara lebih luas
“Misi ini adalah bagian dari komitmen Kemenkomarves untuk mendorong penelitian laut dalam, yang tidak hanya penting bagi pemahaman kita tentang sumber daya laut Indonesia yang sangat besar, tetapi juga bagi upaya pembangunan ekonomi dan mitigasi bencana. Temuan dari misi ini akan berdampak luas pada komunitas ilmiah dan pembangunan ekonomi Indonesia,” kata Firman Hidayat.
Temukan 5 Gunung Bawah Laut
Ketika melakukan pemetaan dasar laut seluas 2.833 km persegi pada misi tahap akhir, para peneliti menemukan lima gunung bawah laut yang sebelumnya belum terpetakan. Gunung-gunung bawah laut yang baru ini akan diberi nama oleh para ilmuwan dan ahli hidrografi Angkatan Laut RI. Penemuan ini menunjukkan betapa banyak lagi yang masih harus ditemukan dan dipahami tentang lingkungan laut Indonesia.
Setelah misi eksplorasi selesai, penelitian ilmiah ini akan terus berlanjut. Data dan sampel yang dikumpulkan selama ekspedisi akan dianalisis oleh para ilmuwan Indonesia. Hasil penelitian akan dibagikan melalui publikasi ilmiah, konferensi, dan kegiatan pemaparan yang ditujukan kepada komunitas ilmiah dan masyarakat umum. Pendekatan akses terbuka ini mendukung transparansi dan kolaborasi yang berkelanjutan antara para peneliti dan institusi.
Misi yang dimulai pada tanggal 8 Mei di Batam (Kepulauan Riau) telah mengarungi perairan di sekitar Batam, Aceh, Padang, Jakarta, Bali, hingga Bitung selama tiga bulan lamanya. Di perairan Sumatera Barat, OceanX mendapati kawanan paus Omura dan karang laut dalam, sementara temuan awal dari penelitian juga menunjukkan adanya degradasi habitat dan penurunan jumlah ikan komersial—terutama untuk spesies paus dan lumba-lumba. Temuan tersebut merupakan hal penting dalam upaya pemahaman Spesies Langka, Terancam, dan Dilindungi (ETP) Indonesia sekaligus upaya perencanaan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Selain melakukan penelitian ilmiah, OceanX Education juga menyelenggarakan serangkaian program pendidikan, kunjungan mahasiswa, dan kuliah umum di universitas-universitas setempat. Young Explorers Program, sebuah program OceanX yang dirancang untuk memberikan mahasiswa pengalaman langsung dengan ilmu kelautan, penceritaan, dan operasi, melibatkan 19 peserta Indonesia dari sejumlah universitas seperti Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gadjah Mada.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menyoroti pentingnya misi ini bagi para peneliti Indonesia.
“Kolaborasi ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengeksplorasi perairan kita dengan memanfaatkan teknologi mutakhir yang komprehensif dalam upaya memperdalam pengetahuan dan keahlian para periset di berbagai disiplin ilmu kelautan khususnya terkait laut dalam,” kata Mego Pinandito.
“Misi ini merupakan tonggak penting dan langkah maju dalam perkembangan bidang ilmu kelautan guna pemanfaatan dan konservasi sumberdaya laut secara berkelanjutan di Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan ini juga melibatkan11 mahasiswa dari Amerika Serikat, Singapura, dan Filipina untuk terlibat langsung di atas kapal penelitian canggih, bergabung dengan kru OceanXplorer dalam dua ekspedisi untuk rute Jakarta -Bali, dan Bali -Bitung.
Tur edukasi pun diadakan di Jakarta dan Bali di atas kapal OceanXplorer, menjangkau lebih dari 450 siswa dan pendidik dan diselenggarakan melalui kemitraan dengan Tanoto Foundation. OceanX Education bertujuan untuk menginspirasi dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam ilmu kelautan dengan memberikan siswa dan pendidik pengalaman belajar langsung di bidang penelitian kelautan.
Tur Kuliah Umum (University Lecture Tours) yang diselenggarakan berkat kerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Kementerian Pendidikan Indonesia juga telah diselenggarakan di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Udayana, dan Universitas Sam Ratulangi, yang dihadiri ratusan mahasiswa selama bulan Juli dan Agustus.
Misi Indonesia 2024 menjadi awal yang baik bagi komitmen jangka panjang OceanX untuk menjelajahi lautan Asia Tenggara, diikuti ekspedisi berikutnya yang direncanakan di Malaysia, Filipina, dan Thailand. Upaya berkelanjutan ini akan semakin memajukan pemahaman ilmiah tentang Asia Tenggara yang memiliki salah satu perairan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.