Pakai Maskermu! Jangan Bicara di Jakarta Mass Rapid Transit

oleh
Jakarta Mass Rapid Transit (Foto: Haresti A)

Jakarta, indomaritim.id – Kereta api berjalan di bawah permukaan tanah, lalu melayang di atas tanah (elevated) dulu hanya ada dalam mimpi warga Jakarta, tetapi sejak 24 Maret 2019, hal itu telah menjadi realitas saat Provinsi DKI Jakarta dipimpin Gubernur Anies Baswedan. Ya, Mass Rapid Transit (MRT), kereta api yang hanya ada di kota-kota metropolitan dunia seperti New York, London, Paris, Tokyo, Singapura, kini sudah menjadi bagian dari kehidupan warga Betawi setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Warga sontak bergembira ria, menjadikannya sebagai transportasi utama dalam perjalanan sepanjang 15,7 kilometer dari Lebak Bulus di selatan ke Bundaran Hotel Indonesia di utara.

Kini, warga Jakarta sedang menunggu penyelesaian pembangunan lanjutan dari Bundaran Hotel Indonesia sampai ke Stasiun Kota. Pemerintah DKI Jakarta melalui PT. MRT Jakarta (Perseroda), menargetkan tahun 2027 sudah selesai pengerjaannya. Pembangunan itu, disebut sebagai pembangunan fase kedua,  dilaksanakan dalam dua tahap yaitu dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Harmoni, akan selesai Maret 2025. Pembangunan dari Harmoni hingga ke Kota, akan selesai pada Agustus 2027. Pembangunan dua titik stasiun itu disebut pembangunan Fase 2A. Setelah itu diteruskan ke Fase 2B, dari Kota ke Ancol Barat. Total jarak dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Ancol Barat adalah  11,8 kilometer.

Bila pembangunan Fase 2A dan 2 B telah selesai, maka MRT Jakarta memiliki panjang lintasan sejauh  27,5 kilometer dari Lebak Bulus hingga ke Ancol Barat yang dapat ditempuh selama 45 menit, sebuah waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi jalan raya. Kalau menggunakan mobil? Setidaknya perlu waktu dua jam lebih menembus belantara kemacetan lalu lintas Jakarta untuk menempuh jarak sejauh itu.

Pembangunan Fase 2A sudah dimulai sejak peresmian penggunaan MRT  24 Maret 2019. Pembangunannya mengusung konsep transit oriented development, yakni memadukan fungsi angkutan penumpang transit dengan berbagai kegiatannya, ruang publik, dan optimalisasi akses transportasi publik untuk memaksimalkan daya tampung penumpang.

Stop Berbicara di MRT

Sambil menunggu selesainya pembangunan Fase 2A dan 2B, warga Jakarta menjadikan MRT sebagai bagian dari kehidupan keseharian. Pada permulaan diresmikan, Maret 2019, warga bahkan menjadikan MRT sebagai sarana rekreasi terutama pada hari-hari libur, dengan memboyong anak-cucu menikmati pemandangan kota Jakarta ketika kereta melintas di atas tanah. Saat itu tidak jarang penumpang membludak sampai tidak kebagian tempat duduk sehingga berdiri sepanjang perjalanan, suatu pemandangan khas kereta api bawah tanah di kota-kota besar. Penumpang juga bebas berbicara, mengobrol ke sana kemari atau tertawa riang bercanda maupun berceloteh sambil berswa foto. Mereka hanya tidak boleh makan-minum dan tidak merokok sepanjang perjalanan.

Namun, kini ada yang berubah. Suara riuh menghilang dari dalam kereta. Penumpang juga sepi, bahkan nyaris kosong. Selain itu, setiap penumpang terlihat mengenakan masker dan tidak boleh berbicara. Ya, pandemi COVID-19 telah mengubah segalanya. Tidak ada lagi kegembiraan di antara penumpang. Juga tidak ada lagi rekreasi keluarga saat hari libur di dalam MRT. Semua menghilang, sebab dilarang berkerumun demi menghindari penularan virus corona. Muka muram dan wajah tertutup masker menjadi seseharian yang dapat dijumpai dalam setiap perjalanan di MRT.

Penumpang juga dilarang saling berbicara untuk mencegah penularan COVID-19 melalui droplet. Setiap penumpang MRT harus mematuhi protokol kesehatan yang ketat: memakai masker, menjaga jarak, dan sering menggunakan hand sanitizer. Semua penumpang juga diperiksa suhu tubuhnya, dan duduk dengan menjaga jarak satu sama lain di dalam kereta. Bila ada penumpung yang terindikasi terinfeksi corona, disediakan ruang isolasi untuk selanjutnya ditangani dokter sebelum dibawa ke rumah sakit.

MRT Jakarta Sepi Penumpang (Foto: Haresti A)
MRT Jakarta Sepi Penumpang (Foto: Haresti A)

Sementara itu, PT MRT Jakarta juga melakukan perubahan jam operasional mulai Senin, 24 Mei 2021. Jam operasional MRT Jakarta setiap hari kerja (Senin-Jumat) adalah pukul 05.00 sampai 21.30 WIB, sedangkan akhir pekan (Sabtu-Minggu) pukul 06.00 sampai dengan 20.30 WIB. Perubahan jam operasional itu merupakan tindak lanjut dari Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Nomor 196 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Petunjuk Teknis Pembatasan Kapasitas Angkut dan Waktu Operasional Sarana Transportasi Dalam Rangka Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro.

Selain itu, MRT Jakarta juga memberlakukan pembatasan jumlah penumpang, hanya 70 orang per gerbong kereta dengan jarak antar kereta (headway) setiap 10 menit. Selama pandemi COVID-19, pihak MRT Jakarta tidak melayani pembelian Kartu Jelajah Tunggal (Single Trip Ticket), sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. Namun, penumpang tetap dapat melakukan pembelian dan top up kartu jelajah ganda melalui Ticket Vending Machine. Harga tiket MRT Jakarta mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 14.000.

MRT Jakarta juga memiliki aplikasi bernama MRT-J. Salah satu kegunaan dari aplikasi ini adalah bisa melakukan pembelian tiket secara online. Setelah registrasi akun, calon penumpang bisa memesan tiket dengan memilih stasiun keberangkatan dan stasiun tujuan, kemudian tekan tanda panah untuk melanjutkan proses selanjutnya. Setelah itu tekan tanda beli tiket untuk melanjutkan ke laman pembayaran. Penumpang bisa menggunakan beberapa jenis pembayaran antara lain, OVO, Gopay, Dana, dan LinkAja. Gunawan Dimas, petugas loket mengatakan, pembelian tiket dengan menggunakan uang tunai per 1 April 2020 juga sudah ditiadakan. Penumpang melakukan transaksi pembelian tiket di stasiun menggunakan ticket vending machine dengan terlebih dahulu membeli kartu MRT senilai Rp 25.000.

Petugas Loket sedang Menjelaskan Cara Penggunaan Mesin Tiket Otomatis kepada Calon Penumpang MRT Jakarta (Foto: Haresti A)
Petugas Loket sedang Menjelaskan Cara Penggunaan Mesin Tiket Otomatis kepada Calon Penumpang MRT Jakarta (Foto: Haresti A)

Dengan berbagai pembatasan tersebut, menumpang MRT sesungguhnya menjadi lebih nyaman. Meisa Larasati, salah satu penumpang MRT Jakarta mengatakan, layanan public transportation semakin enak, nyaman dan aman. “Pandemi membuat saya agak was-was naik kendaraan umum. Tapi MRT Jakarta memberikan pelayanan yang aman dan nyaman, karena tidak ada penumpukan penumpang, dan penerapan protokol kesehatannya sangat ketat”, kata Meisa. Semoga COVID-19 cepat berlalu, sehingga kehidupan Jakarta kembali normal seperti sediakala. Dengan begitu, wajah-wajah gembira dan suasana guyub, rukun dan penuh keceriaan kembali hadir di setiap gerbong MRT yang melaju cepat di bawah tanah gedung-gedung pencakar langit Jakarta.

Reporter: Haresti Amrihani

Editor: Rajab Ritonga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *