Jakarta, indomaritim.id – Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 hingga 2015, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menjadi pemateri pada Focus Group Discussion (FGD) Seminar Nasional tentang TNI 2045 yang digelar di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Pada FGD ini, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio yang juga menjadi Special Envoy (utusan khusus) Indonesia untuk International Maritime Organization (IMO), memaparkan materi ‘Geo Martim Kawasan Perspektif Pertahanan Maritim’ sekaligus peran Indonesia dalam diplomasi kawasan Asia.
Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio menjelaskan, TNI memiliki tugas melaksanakan diplomasi dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan oleh pemerintah. TNI AL khususnya, juga wajib menegakan hukum dan menjaga keamanan di wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
“Poros maritim dunia dapat dipandang sebagai implementasi dinamis geopolitik Indonesia. Sementara untuk bidang pertahanan, visi yang dinyatakan adalah pertahanan yang berdaya gentar tinggi, yaitu kekuatan pertahanan smart power, anggaran pertahanan mencapai 1,5 persen PDB, alutsista modern, industri pertahanan maju serta sebagai global supply chain,” ujarnya.
“Indonesia tidak terlepas dari dinamika perkembangan lingkungan strategis global maupun regional. Untuk itu ada sejumlah tantangan yang menjadi pertimbangan dalam menyusun konsep TNI ke depan ini,” kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
“Dalam hal keamanan regional hal yang menjadi perhatian saat ini adalah tentang keamanan di kawasan Indo Pasifik terutama terkait dengan kontestasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat khususnya di Laut Cina Selatan dan dampaknya bagi keamanan dan stabilitas nasional dan regional,” sambungnya.
“Persaingan pengaruh global di atas mengindikasikan peran strategis Samudera Hindia dan Pasifik dalam geopolitik dunia. Dinamika kontestasi tersebut mewarnai isu keamanan kawasan Indo-Pasifik yang turut memengaruhi negara-negara lainnya di kawasan,” lanjut Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.

“Mencermati hal tersebut maka pokok permasalahannya adalah mengapa dan bagaimana mengantisipasi peran tugas TNI di masa depan, dalam hal ini sampai 2045, dihadapkan pada dinamika lingkungan strategis yang berevolusi terus menerus,” ulas Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Menjawab hal tersebut, lanjutnya. maka formulasi konsep TNI 2045 ini memiliki ruang lingkup regulasi bidang hankam untuk mendukung TNI 2045, kapabilitas TNI yang perlu dimiliki guna mendukung peran dan tugas pada masa tersebut, serta bagaimana strategi pencapaian TNI 2045 yang dapat ditempuh melalui sejumlah rencana strategis hingga 2045,
Jika dihitung dari sejak abad ke-13 hingga kini, kata Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio, maka dapat dipastikan bahwa telah ada tiga kali pernyataan geopolitik yang menyangkut peran dan strategic positioning bangsa Indonesia yaitu yang paling pertama adalah Sumpah Palapa, yang kedua adalah Deklarasi Juanda yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan dan merupakan satu kesatuan, dan yang ketiga adalah Pernyataan Presiden RI tahun 2015 di Myanmar tentang Poros Maritim Dunia.
“Secara ringkas bahwa untuk dapat memainkan peran seperti harapan para pendahulu bangsa dan negara, atau untuk menjadi smart power dan regional power maka hal itu semua dapat dicapai apabila Indonesia memiliki militer atau pertahanan yang tangguh dan menjadi garda keamanan dan stabilitas nasional dan regional,” ujar Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio memungkasi.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga