MV Sinar Kudus, menjadi saksi sejarah kemampuan TNI AL melaksanakan operasi tempur lintas samudra. MV Sinar Kudus tengah melintas di timur laut Pulau Socotra, sekitar 350 mil laut tenggara Oman saat 35 bajak laut menyergap kapal kargo milik PT Samudra Indonesia, Rabu 16 Maret 2011.
MV Sinar Kudus dalam perjalanan menuju pelabuhan Rotterdam, Belanda. Memuat delapan ribu feronikel milik PT Aneka Tambang dengan nilai lebih dari satu triliun rupiah. Slamet Jauhari, nahkoda kapal yang mengepalai 20 anak buah kapal mengarahkan kapalnya sesuai jalur pelayaran internasional, saat puluhan bajak laut bermunculan di sisi kapal menggunakan perahu motor cepat.
Perahu para bajak laut bergerak mendekati sisi lambung kapal. Dengan cepat mereka menaiki geladak kapal, sambil menenteng senapan serbu. Moncong laras senapan diarahkan ke awak kapal. Jari telunjuk para pembajak menempel di pelatuk senapan. Awak kapal yang tak bersenjata menyerah. Ruang kemudi nahkoda segera diduduki. Puluhan pembajak berhasil menguasai kapal.
Seolah mendapat durian runtuh, mereka mendapati kapal dimuati barang berharga. Besarnya nilai muatan yang dibawa, membuat para pembajak mengajukan tuntutan uang tebusan senilai 4,5 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar 40 miliar rupiah dengan kurs saat itu.
Kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia segera ditanggapi pemerintah. Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono langsung menggelar rapat terbatas. Saat itu juga diputuskan, kapal dan anak buah kapal harus dibebaskan. Negosiasi dengan pembajak menjadi pilihan sambil menyiapkan operasi militer.
Baca Juga: KRI Usman Harun, Kapal Perang yang Membuat Singapura Meradang
Operasi militer menjadi tanggungjawab TNI. Panglima TNI saat itu, Laksamana Agus Suhartono memanggil Kasal Laksamana Soeparno. Pada saat itu, Kasal tidak berada di tempat, sehingga Wakasal Laksamana Madya Marsetio menemui Panglima TNI.
Perintah operasi militer diterima, Wakasal Laksamana Madya Marsetio segera menyiapkan pasukan khusus TNI AL, Detasamen Jala Mangkara (Denjaka) untuk menjalankan tugas pembebasan kapal.
Tak tanggung-tanggung, Denjaka mendapat perkuatan Sat 81/Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus TNI AD, pasukan Intai Amfibi Marinir, dan Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL.
Laksamana Madya Marsetio antusias merencanakan operasi tempur ini, sebab kali pertama sebuah operasi khusus digelar TNI melibatkan banyak unsur pasukan ke tempat yang sangat jauh dari wilayah yuridiksi Indonesia.
Rencana operasi pembebasan MV Sinar Kudus adalah:
- Mengirim dua kapal fregat berisi pasukan khusus TNI dan satu helikoper on board
- Melancarkan operasi pembebasan saat kapal sedang berlayar
- Menyiapkan rencana cadangan bila Sinar Kudus telah lego jangkar
- Menjadikan pelabuhan Salalah, Oman sebagai pangkalan aju pasukan
19 Maret 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyetujui rencana operasi yang dibuat Laksdya Marsetio bersama Komandan Korps Marinir yang ketika itu dijabat Mayjen TNI (Mar) Alfian Baharudin.
Mesin perang segera bergerak. KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353, dua fregat kelas Van Speijk lepas sauh. Geladak kedua kapal perang itu dimuati satu helikopter BO-105 dan empat sea rider yang akan digunakan pasukan penyerbu.
Pasukan TNI bergerak dibawah komando Laksma TNI Taufiqurrahman, yang ketika itu menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Koarmabar, dengan nama sandi Operasi Duta Samudera.
Baca Juga: Prajurit TNI Terakhir di Timor-Timur
Untuk menjaga kebugaran pasukan penyerbu, mereka tidak ikut berlayar. Mereka diterbangkan menggunakan pesawat TNI AU, Boeing 737-400, dan baru naik ke kapal perang RI di Kolombo, Sri Lanka.
KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353 tiba di lokasi kapal MV Sinar Kudus, 4 April. Kapal dagang dikuasi pembajak, difungsikan sebagai kapal induk perompak di perairan El Dhanan, Somalia. Sinar Kudus berada ditengah kumpulan kapal-kapal pembajak, seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya.
Pasukan penyerbu segera bersiap. Mereka menunggu perintah, melakukan serbuan kilat ke kapal seperti yang telah dilatihkan berhari-hari sebelumnya. Menurut perkiraan, kapal itu bisa dibebaskan melalui operasi pendadakan malam hari. Namun, tingkat keberhasilan 50 persen berhasil dan 50 persen gagal.
Tarik Ulur Dengan Perompak
Ketika rencana penyerangan dimatangkan, sambil menunggu waktu penyerbuan yang tepat, tiba-tiba datang berita dari Jakarta. Operasi diminta ditunda, karena pemilik kapal sedang berunding dengan pembajak.
Kedua kapal perang diperintakan meninggalkan perairan El Dhanan dan berlayar menuju Salalah, Oman Selatan. Setelah tiga hari di Salalah, kedua kapal diperintahkan kembali ke El Dhanan untuk melancarkan operasi pembebasan.
Pasukan kembali bersiap. Namun, lagi-lagi operasi ditunda karena pemilik kapal MV Sinar Kudus yakin perundingan dengan perompak akan berhasil.
Menyikapi situsi yang tidak menentu itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan mengirimkan kekuatan tambahan. Satu kapal Landing Platform Deck (LPD) dilengkapi tank amfibi berkekuatan satu peleton marinir dari Batalyon Intai Amfibi 1 dan satu kompi pasukan Brigade Infantri 2 meninggalkan Indonesia menuju perairan Somalia.
Kekuatan pasukan tambahan dipimpin Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharuddin, bersandi Operasi Merah Putih. Mereka bersiap dengan situasi serbuan pantai ke bumi Afrika. Untuk merebut tumpuan pantai, pasukan marinir mengerahkan tank amfibi bersenjatakan lengkap. Mereka bersiap melancarkan serangan, membebaskan MV Sinar Kudus dengan berbagai pilihan strategi tempur.
Tapi operasi pembebasan kapal lagi-lagi harus ditunda, karena Samudera Indonesia setuju membayar uang tebusan. Pemilik kapal tidak setuju dengan operasi militer karena khawatir anak buah kapal tewas, dan muatan kapal rusak sehingga kerugian jauh lebih besar dibanding uang tebusan yang diminta pembajak.
Merebut MV Sinar Kudus
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat terbatas membahas sikap pemilik kapal sambil memperhitungkan kemungkinan situasi yang terjadi. Diputuskan, operasi militer tetap dijalankan. Namun, pelaksanaannya dilakukan setelah uang tebusan dibayarkan. Selain itu diperintahkan tiga kapal perang RI harus mengawal kapal Sinar Kudus keluar dari perairan Somalia dengan selamat.
Pesawat angkut Antonov lepas landas dari bandara Seychelless yang terletak di Samudera Hindia, lalu terbang rendah di perairan Somalia. Lambung pesawat dimuati karung-karung berisi uang tunai, untuk menebus kapal Sinar Kudus beserta awak kapalnya. Uang tebusan dijatuhkan ke laut disekitar kapal.
Baca Juga: Latihan Anti Teroris Yonif 305/Tengkorak di Monas
Pada saat yang bersamaan, pasukan khusus TNI melaksanakan perintah Presiden. Serangan mematikan dilancarkan untuk menghabisi para perompak. Serangan dilancarkan ketika para perompak turun dari kapal Sinar Kudus sambil membawa uang tebusan.
Tiga sea rider yang diawaki pasukan khusus TNI bergerak menyerbu. Di udara, helikopter bersenjata General Purpose Machine Gun (GPMG) 7,62 mm melindungi gerak pasukan. Penembak jitu dikerahkan membidik sasaran. Tugas mereka meniadakan ancaman bagi pasukan saat melakukan serbuan.
Ancaman lain datang. Ketika pasukan berkonsentrasi menyergap perampok yang bergerak meninggalkan kapal, ternyata kelompok perampok lain berusaha menguasai Sinar Kudus. Pasukan yang semula mengejar perampok sekarang mengubah langkah untuk mengamankan kapal Sinar Kudus.
Pertempuran terjadi ditengah ombak tinggi. Tembakan dilepaskan dari berbagai penjuru. Tidak mudah membidik sasaran saat terombang-ambing ditengah ombak. Namun, sasaran berhasil dilumpuhkan. Empat perampok tewas diterjang timah panas, mayatnya terlempar ke tengah laut yang sedang mengganas. Perahu motor perampok segera dikuasi pasukan khusus TNI.
Di perahu perampok, ditemukan satu unit GPS Garmin 72, amunisi peluru tajam kaliber 7,62 mm dan 5,56 mm serta satu buah jaket loreng gurun. Perahu dan beberapa barang milik perompak disita sebagai barang bukti.
MV Sinar Kudus bersama semua awak kapal yang sudah dibebaskan bergerak meninggalkan perairan Somalia menuju pangkalan aju Salalah Oman, dengan kawalan KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Abdul Halim Perdanankusuma-355.
Sejumlah anggota pasukan khusus TNI ditempatkan di MV Sinar Kudus untuk memastikan keamanan kapal yang baru dibebaskan dari gangguan perompak laut Somalia.
Bagi Laksamana Madya Marsetio, keberhasilan operasi Duta Samudera dan Merah Putih di perairan Somalia sangat penting. Sebab menjadi bukti bahwa TNI AL mampu melaksanakan operasi militer lintas samudra meskipun dengan peralatan terbatas.
Selang satu tahun kemudian, Laksamana Marsetio menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 2012 hingga 2015. Kini, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio adalah penasihat Kemenko Maritim dan Investasi bidang Pertahanan dan Keamanan dan Guru Besar Ilmu Pertahanan di Universitas Pertahanan.
(Disarikan dari buku biografi Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio: “Kesadaran Baru Maritim” oleh Rajab Ritonga)
Lihat juga galeri foto latihan pembebasan sandera oleh pasukan khusus TNI dengan dengan klik tombol ‘Next Page’ dibawah ini: