Pengaruh Devaluasi Terhadap Perdagangan

oleh
Pengaruh Devaluasi Terhadap Perdagangan
Pengaruh devaluasi terhadap perdagangan, khususnya perdagangan internasional, adalah membuat harga produk yang diproduksi dalam negeri menjadi lebih murah. Namun, negara tujuan ekspor pun mengenakan bea dan tarif untuk melindungi produksi industrinya.

Jakarta, indomaritim.id – Pengaruh devaluasi terhadap perdagangan, khususnya perdagangan internasional, adalah membuat harga produk yang diproduksi dalam negeri menjadi lebih murah. Namun, negara tujuan ekspor pun mengenakan bea dan tarif untuk melindungi produksi industrinya.

Secara umum, pengertian devaluasi merupakan situasi dimana mata uang lokal memiliki harga yang semakin murah secara internasional. Akibat dari devaluasi ini pun sangat berpengaruh pada perekonomian suatu negara terutama dalam kegiatan perdagangan internasional.

Sebaliknya, penguatan nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan, sama seperti pelemahan nilai tukar yang belum tentu berdampak negatif pada perusahaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas.

Baca Juga: KBRI Bratislava Gelar Pertemuan Bisnis dan Luncurkan Situs Virtual Indonesian House Slovakia

Eksposur ekonomi adalah tingkat di mana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata uang mencerminkan eksposur transaksi, eksposur transaksi terjadi saat perkiraan transaksi kas masa depan suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.

Lawan dari devaluasi adalah revaluasi. Revaluasi adalah meningkatnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi, maka pemerintah melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah revaluasi lebih sering dikaitkan dengan meningkatnya nilai uang suatu negara terhadap nilai mata uang asing.

Pihak pelaku bisnis atau eksportir hendaknya memperhatikan dengan seksama fluktuasi nilai tukar mata uang, dan mampu memprediksi pergerakan fluktuasi mata uang untuk transaksi dimasa yang akan datang. Karena selisih kurs yang terjadi antar dua mata uang yang berbeda akan menyebabkan terjadinya eksposur transaksi dalam kegiatan ekspor yang dilaksanakan, sehingga hal tersebut mempengaruhi nilai ekspor. Sehingga pengaruh devaluasi dan revaluasi terhadap ekspor menjadi perhatian.

Begini Strategi Kementerian Perindustrian Jaga Pertumbuhan Positif Industri Makanan dan Minuman
Begini Strategi Kementerian Perindustrian Jaga Pertumbuhan Positif Industri Makanan dan Minuman

Peluang Ekspor Indonesia

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan, peluang pasar ekspor ke Jepang kini kembali terbuka lebar menyusul mulai pulihnya negeri matahari terbit tersebut dari Covid-19. Peluang ini penting untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh para pelaku usaha, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM).

Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan bagi hampir seluruh negara di dunia, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Meski angka kasus Covid-19 terus meningkat di berbagai kawasan, namun di beberapa negara Asia, khususnya Jepang, pandemi Covid-19 telah menunjukkan pemulihan yang diindikasikan penurunan jumlah kasus aktif dan kasus baru.

Neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari–Mei 2020 masih mencatat surplus sebesar USD 4,31 miliar dengan sumbangan terbesar dari surplus nonmigas senilai USD 7,67 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD 64,46 miliar dengan nilai ekspor nonmigas sebesar USD 60,97 miliar.

Adapun lima negara tujuan ekspor nonmigas terbesar nonmigas terbesar Indonesia pada periode tersebut yaitu India, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Tiongkok.

Ekspor Industri Pengolahan

Kinerja ekspor dari industri pengolahan masih mencatatkan nilai positif meskipun di tengah tekanan pandemi Covid-19. Sepanjang Januari-April 2020, pengapalan produk industri pengolahan mampu menembus hingga USD42,75 miliar atau naik sebesar 7,14 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Adapun sektor industri makanan menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri pengolahan pada bulan April 2020, dengan menyentuh nilai USD2,35 miliar.

Pada bulan April 2020, China masih menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan dari Indonesia, diikuti oleh Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Apabila dilihat dari pertumbuhan secara tahunan (y-o-y), ekspor ke Singapura naik hingga 25,09 persen, China menanjak sebesar 16,25 persen, dan Korea Selatan melonjak sekitar 5,59 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *