Pengusaha di Ternate Kurang Minati Tol Laut, Alasannya?

oleh
Program kapal tol laut

Ternate, Indomaritim.id – Pengusaha di Ternate, Maluku Utara, kurang berminat untuk menggunakan kapal tol laut untuk mendatangkan barang dari Pulau Jawa dan Sulawesi karena waktu pelayarannya dianggap terlalu lama, yaitu lebih dari dua minggu.

Sekertaris Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Ternate, Sutopo Abdullah di Ternate, Jumat (15/2/2019), mengatakan bahwa pengusaha di Ternate menganggap waktu pelayaran kapal tol laut lebih dari dua minggu itu cukup berisiko untuk pengangkutan kebutuhan pokok yang cepat rusak seperti daging ayam beku dan telur, walaupun biaya angkutnya lebih murah.

Baca Juga: Pengamat Maritim: Program Tol Laut Belum Seimbang

Menurut dia, pengusaha di Ternate lebih tertarik memanfaatkan kapal barang reguler yang melayani angkutan dari Pulau Jawa ke Ternate karena selain cukup banyak juga waktu pelayarannya hanya sekitar satu minggu.

Oleh karena itu, jika kapal tol laut tidak lagi menyinggahi Ternate dalam pelayarannya ke wilayah Malut, tidak akan berpengaruh terhadap kelancaran pasokan kebutuhan pokok dan barang lain dari Pulau Jawa dan Sulawesi ke Ternate.

Namun untuk kabupaten lainnya di Malut, seperti Halmahera Selatan dan Pulau Morotai, menurut Sutopo Abdullah, sesuai pengakuan pengusaha di daerah itu keberadaan kapal tol laut sangat membantu mereka dalam mendatangkan kebutuhan pokok atau barang lain.

Selama ini jarang ada kapal barang reguler dari Jawa dan Sulawesi yang melayani daerah tersebut, terutama yang memuat kontainer yang biasanya digunakan para pengusaha untuk mendatangkan kebutuhan pokok atau barang lainnya.

Ia menambahkan, sebagian besar kebutuhan pokok untuk konsumsi masyarakat di Ternate didatangkan dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan sejumlah kabupaten di Malut, sehingga kelancaran angkutan sangat menentukan stabilitas stok dan harga kebutuhan pokok di daerah ini.

Harga sejumlah kebutuhan pokok di Ternate, seperti daging ayam dan telur sering melonjak karena stoknya langka menyusul terlambatnya pasokan akibat sejumlah hambatan teknis seperti cuaca ekstrem yang membuat kapal pengangkut kebutuhan pokok tidak bisa berlayar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *