Jenewa, indomaritim.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mempekenalkan pendekatan pentahelix dalam merekonstruksi dan merehabilitasi bencana di Indonesia.
“Pendekatan tersebut lebih menitikberatkan semangat kegotongroyongan seluruh sumber daya dan kearifan lokal di mana bencana terjadi,” kata Letnan Jenderal TNI Doni Monardo melalui rilis, Jumat (17/5/2019).
Baca Juga: Badan Keamanan Laut RI dan BASARNAS Jalin Kesepakatan SAR Nasional
Hal tersebut disampaikan Doni Monardo dalam forum khusus Working Session Build Back Better & World Reconstruction Conference Outcomes, Konfrensi World Reconstruction Conference ke-4 yang berlangsung di Jenewa, Swiss. Forum ini diikuti sekitar 4.000 peserta yang datang dari 150 negara.
Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, alumnus PPSA 18 Lemhannas tahun 2012 ini menambahkan, pelibatan para pihak dalam perencanaan, implementasi, dan pemantauan proses pembangunan kembali yang lebih baik, termasuk pemerintah daerah, masyarakat setempat, pakar dan akademisi, media, serta sektor swasta.
“Kami menyebutnya Penta Helix yang memprioritaskan penggunaan konteks lokal, kearifan lokal, sumber daya lokal sesuai dengan jiwa gotong royong Pancasila,” kata Doni.
Doni Monardo mengatakan, Indonesia juga mempriotaskan rehabilitasi dan rekonstruksi kebencanaan. Menurut dia, Indonesia melakukan itu dengan pendekatan ramah lingkungan berbasis ekosistem.
Sebagai salah satu negara yang rawan bencana, kata Doni Monardo, Indonesia akan lebih tangguh dalam menghadapi bencana. Ia mengatakan Indonesia mengalami 2.372 peristiwa bencana dan lebih dari 3,5 juta orang terkena dampak pada 2018. Total kerugian ekonomi tercatat lebih dari US$ 7 miliar.
“Tujuan dari rekonstruksi dan rehabilitasi adalah untuk mendukung kehidupan dan membangun masyarakat yang lebih baik setelah terjadinya bencana,” ujarnya.
Ia mengatakan, kapasitasnya sebagai Kepala BNPB, juga secara pribadi dan kelembagaan telah berkampanye tentang pentingnya penanaman kembali pohon di semua wilayah yang berpotensi tsunami, untuk membangun lingkungan dan masyarakat yang lebih tangguh.
Menurut Doni Monardo, penelitian ahli menunjukkan bahwa 200 meter hutan pantai mampu mengurangi kekuatan gelombang tsunami hingga 80 persen.
“Oleh karena itu, saya percaya mitigasi melalui penanaman vegetasi adalah salah satu jawaban yang kami cari. Pohon sebagai infrastruktur alami adalah jawaban nyata untuk mencegah banyak korban,” ujarnya memungkasi.