Jakarta, indomaritim.id – Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia akan menyelenggarakan lomba kolintang bersholawat secara virtual pada Agustus 2021. Bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta sekaligus menyosialisasikan Kolintang Goes To UNESCO, PINKAN Indonesia mengisi program Dialog Budaya yang disiarkan langsung oleh RRI Pro 4 FM, Rabu (16/6/2021).
Ketua Umum PINKAN Indonesia, Penny Iriana Marsetio melalui sambungan telepon mengatakan, kegiatan ini sebagai sarana untuk mengenalkan alat musik kolintang kepada masyarakat serta usaha-usaha yang dilakukan PINKAN agar kolintang bisa mendapatkan pengakuan dunia.
“Kalau saat ini kami melihat banyak alat musik, maka sekarang ini kami berjuang mengaktifkan lagi mengenalkan Ansambel Musik Kolintang Kayu (AMKK) yang pernah berjaya agar tetap dikenal dan diakui oleh dunia bahwa AMKK ini benar-benar milik NKRI,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Lomba Virtual Kolintang Bersholawat, Nanny Suryo mengatakan, lomba kolintang bersholawat ini pertama kali digelar dan ini akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2021 bertepatan dengan HUT Jalasenastri, Tahun Baru Islam 1 Muharam, serta menyambut momentum hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Lebih lanjut Ketua Harian PINKAN Indonesia, Jopie Rory menyampaikan, titik awal dari pertemuan insan kolintang ini adalah pada tahun 2011 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). PINKAN ini terdiri dari pelatih, pengrajin, pemain, serta pemerhati. Kolintang sudah mendapatkan pengakuan nasional sebagai warisan budaya tak benda pada 2013.
“Kalau tidak melakukan action untuk pengakuan, maka nantinya negara lain akan mengakui. Dan untuk perkembanganya ke UNESCO, tahap saat ini masuk ke tahap verifikasi. Pemerintah Sulawesi Utara harus hadir ke masyarakat bahwa kolintang ada dari Sabang sampai Merauke dan kami berharap ada tindak lanjut pemerintah ke UNESCO,” paparnya dalam Dialog Budaya di RRI.
Gus Zastrow, dai sekaligus seniman juga merespon positif kegiatan ini. Indonesia ini memiliki keragaman kebudayaan, melalui Ansambel Musik Kayu Kolintang inilah bisa dijadikan sarana taaruf atau proses saling memahami dan alat musik ini tidak memiliki agama serta tidak menunjuk agama tertentu.
Acara ini juga dihadiri maestro senior kolintang, Frans Ratag, serta KH. Nurul Huda dari Lembaga Dakwah PBNU.
Reporter: Haresti Amrihani
Editor: Mulyono Sri Hutomo