PPI UK: Riset dan Manajemen Pengetahuan, Modal Terpenting Indonesia untuk jadi Negara Maju

oleh
Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) menggelar diskusi bertajuk 'Nusantara Virtual Café' Foto: Muhammad Yorga Permana/ Departemen Riset dan Kajian Strategis, PPI United Kingdom
Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) menggelar diskusi bertajuk 'Nusantara Virtual Café' Foto: Muhammad Yorga Permana/ Departemen Riset dan Kajian Strategis, PPI United Kingdom

London, indomaritim.id – Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) menggelar diskusi bertajuk ‘Nusantara Virtual Café’, Sabtu, (27/2/2021) pagi waktu London, Inggris. Dalam diskusi daring yang dihadiri oleh ratusan pelajar Indonesia di Inggris Raya tersebut, perwakilan pelajar, akademisi, dan pemerintah membedah peran penting manajemen pengetahuan bagi organisasi di tengah disrupsi pandemi COVID-19. Diskusi ini dimoderatori oleh Fanny Diandra, mahasiswi magister dari Sheffield Hallam University.

Dalam sambutannya, Gatot Subroto, Ketua PPI UK, mengungkapkan keinginan PPI UK untuk menawarkan gagasan baru tentang pentingnya manajemen pengetahuan bagi pembangunan Indonesia.

“Menurut kami, ini adalah Blue Ocean Strategy bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah,” ungkap Gatot Subroto yang juga merupakan mahasiswa doktoral di University College of London ini.

Hal senada diutarakan oleh Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, Guru Besar di Sekolah Bisnis dan Manajemen – Institut Teknologi Bandung. Menurut Jann, saat ini kapabilitas proses penciptaan nilai tambah Indonesia masih lemah.

“Seharusnya kita sudah beralih ke innovation based economy. Tanpa peranan pengetahuan, Indonesia hanya akan menjadi pasar potensial bagi produk global,” papar Jann.

Jann menyoroti keberhasilan Korea Selatan yang bertopang kepada ekonomi pengetahuan. “Tahun 1960, Pendapatan per kapita Korea dan Indonesia sama besarnya. Saat ini ekonomi Korea tumbuh berbasis inovasi dan pengetahuan, sementara Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam. Wajar apabila kemudian kita tertinggal jauh,” ungkap guru besar di bidang people and knowledge management tersebut.

Ke depannya, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan, Jann mengungkapkan agar Indonesia memiliki kebijakan riset yang fokus dan terintegrasi. Hal ini dimulai dari komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi yang fondasinya adalah manajemen pengetahuan.

Selain itu, Jann juga menekankan pentingnya implementasi pendekatan ekosistem pengetahuan. “Pengetahuan harus dikelola secara kolaboratif, melibatkan sektor publik, swasta, maupun universitas,” kata Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja.

Diskusi bertajuk ‘Nusantara Virtual Café’ ini menyimpulkan, bahwa tidak ada negara yang memiliki masa depan tanpa melakukan inovasi. Dan kunci dari inovasi adalah kemampuan negara untuk mengelola riset dan pengetahuannya.

Reporter Biro Eropa: Zaynita Gibbons
Editor: Mulyono Sri Hutomo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *