Jakarta, indomaritim.id – Indonesia sebagai negara maritim besar dan kekuatan dominan di Asia Tenggara diharapkan berperan sebagai katup pengaman (safety valve) dalam menjaga kestabilan, ketenangan, dan ketentraman dunia guna menjamin kelanjutan ekonomi global. Harapan itu disampaikan Guru Besar Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan, Laksamana TNI (Purn) Prof. Dr. Marsetio pada The 6th Jakarta Geopolitical Forum 2022 di Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Pada acara tahunan yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI tersebut, Prof. Marsetio lebih lanjut mengatakan, kemerosotan ekonomi dunia terjadi karena perang di Ukraina dan adanya persaingan hegemoni antara Amerika Serikat-China. Dalam kondisi seperti itu, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah memainkan peran diplomasi maritim sebagai salah satu dari lima pilar Indonesia poros maritim dunia.
Peran tersebut, kata Prof. Marsetio diperlukan mengingat geopolitik global yang semakin memanas. Selain itu, Indonesia adalah Presidensi G-20 dan tahun 2023 menjadi Ketua ASEAN. “Strong leadership dari Pak Jokowi akan ditunjukkan bahwa ASEAN masih tetap berperan, dan ASEAN masih dibutuhkan untuk menjamin stabilitas keamanan di Kawasan Asia Pasifik, utamanya bagaimana Indonesia menjadi mediator, jadi stabilisator antara perebutan dua hegemoni di Laut China Selatan,” kata Laksamana (Purn) Prof. Dr. Marsetio.
Program Belt and Road Initiative (BRI) di lebih 150 negara telah menempatkan China menjadi great power yang akan menguasai dunia tahun 2024-2025. Di sisi lain, AS berusaha mempertahankan hegemoninya. Prof. Marsetio mengutip pendapat para ahli ekonomi, secara bertahap China akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia pada tahun 2030. India menempati posisi kedua, AS ketiga, dan Indonesia sebagai nomor empat.
China dengan program BRI telah berhasil membangun jalur kereta api dari pantai timur China di Shanghai hingga ke Eropa untuk mengangkut hasil industri yang hanya perlu 12 hari, dibandingkan 45 hari bila menggunakan jalur laut. “Di selatan sudah dikuasai China. Jadi 2024, China menguasai Afrika, Eropa, Australia. Pelabuhan Darwin sudah dikontrak 99 tahun. BRI sudah masuk ke semua negara di Asia Pasifik,” kata Prof. Marsetio.
Menghadapi kondisi itu, AS berupaya mempertahankan hegemoninya dengan mengubah komando tempur Asia Pasifik, menggabungkan Armada V dan Armada VII miliknya serta merangkul India. “Pada 2018 AS mengubah USPACOM menjadi USINDOPACOM untuk mempertahankan hegemoni AS di Laut China Selatan,” kata Laksamana Prof. Marsetio.
Peseteruan AS dan China semakin genting dengan kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan yang membuat China marah. “Situasi diperparah dengan kekuatan NATO di Laut China Selatan, dan link-up segitiga Jepang, India, dan Australia,” katanya. Pakta pertahanan baru pun terbentuk (QUAD dan AUKUS), menyebabkan terjadinya perlombaan senjata, kata Laksamana Marsetio yang juga Kepala Staf TNI AL (Kasal) periode 2012-2015 itu.
Sementara itu Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto mengatakan wilayah maritim akan menjadi arena persaingan utama antarnegara. “Pertarungan geopolitik di depan akan semakin dekat ke kita, karena akan terjadi di kawasan Asia Timur dan menggunakan maritim, laut, samudera sebagai sarana pertarungannya,” kata Andi Widjajanto saat membuka acara itu.
Kondisi global saat ini, ujar Gubernur Lemhannas, seharusnya adalah terciptanya satu rantai pasok global, tetapi yang terjadi justru sebaliknya, adanya patahan-patahan global. “Yang terjadi seharusnya adalah pembangunan infrastruktur global yang menggabungkan antarnegara, bahkan antarbenua; yang terjadi seharusnya adalah terciptanya satu rantai pasokan global; yang terjadi saat ini seharusnya adalah konektivitas, akan tetapi justru sebaliknya yaitu patahan dan diskonektivitas. “Yang terjadi hari ini, konektivitas memunculkan patahan-patahan global. Sejak Februari 2022, patahannya semakin keras karena ada pertarungan Amerika Serikat – Rusia, karena terjadinya krisis di Ukraina,” kata Gubernur Lemhannas.
Salah satu yang ingin dikontribusikan oleh Lemhannas melalui Jakarta Geopolitical Forum 2022 adalah mencari solusi agar patahan patahan itu tidak semakin besar. “Patahan-patahan itu kami harapkan bisa kembali tersambung satu sama lain, sehingga era Geopolitik 5 kembali diperkuat menjadi satu konektivitas global, satu infrastruktur global, satu rantai pasok global,” kata Andi Widjajanto.
Jakarta Geopolitical Forum berlangsung selama dua hari, 24-25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara dalam tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability.