Raja Ampat, indomaritim.id – Pulau Waigeo di Kabupaten Raja Ampat salah satu pulau tujuan wisata dunia yang ada di Provinsi Papua Barat yang memiliki batuan kars dan terumbu karang yang indah.
Pulau Waigeo tidak hanya memiliki kekayaan alam laut saja, tetapi juga memiliki hutan yang menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi dan belum diketahui banyak orang.
Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat R. Basar Manullang di Waisai, Rabu (27/2/2019) mengatakan bahwa daratan Kabupaten Raja Ampat seperti Pulau Waigeo menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Menurut dia, keunikan Waigeo disebabkan adanya proses geologi yang terjadi ribuan tahun lalu.
Pulau Waigeo bagian dari Paparan Sahul yang terpisah ribuan tahun akibat adanya tumbukan Lempeng Australia – India dengan Lempeng Pasifik.Inilah yang menyebabkan banyak satwa dan tumbuhan yang hanya ditemukan di Pulau Waigeo.
Ia menyampaikan, Waigeo memiliki sebuah gunung tertinggi yaitu Gunung Danai yang mencapai 982 meter dari permukaan laut.
Waigeo juga memiliki 80 persen hutan primer dan sebagian kecil hutan sekunder sehingga ditetapkan menjadi kawasan konservasi keanekaragaman hayati Irian Jaya pada tahun 1997.
Keindahan dan keunikan Pulau Waigeo, kata dia, menarik para peniliti datang melakukan penelitian. Sejarah mencatat peneliti Alfred Russel Wallace datang ke pulau Waigeo pada 1860. Selanjutnya pada 1906-1907 Thomas Barbour telah mengoleksi amfibi dan reptil di daerah tersebut.
Kemudian pada 1930 W.J.C. Frost mengoleksi burung dari Pulau Waigeo. Lalu pada 1948-1949 ekspedisi Swedia-Belanda melakukan penelitian jenis burung, serangga, dan tumbuhan bersama peneliti dari Indonesia.
Menurut dia, lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian di berbagai bidang keilmuan mulai 2007.
Kemudian pada 2014, Penelitian Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua Barat bersama organisasi Fauna & Flora International Indonesia Program (FFI-IP) turut ikut serta dalam penelitian Waigeo.
Menurut Biodiversity Coordinator Fauna & Flora International Indonesia Program, Maurits Kafiar terdapat lebih dari 120 jenis pohon di Hutan Waigeo.
“Pulau Waigeo didominasi oleh jenis pohon Vatica rassak dan Pimelodendron amboinicum,” ujarnya.
Selain pohon, menurut Maurits, terdapat pula satwa liar. Ada 141 jenis satwa avifauna tercatat di Hutan Waigeo dengan satu jenis burung endemik Pulau Waigeo yaitu maleo waigeo atau Aepypodius bruijnii.
Famili Columbidae atau kelompok burung merpati adalah jenis terbanyak dibandingkan dengan jenis burung lainnya karena mudah beradaptasi dengan habitat yang berbeda di Pulau Waigeo.
Kelompok burung tersebut penyebarannya dari pantai hingga hutan pegunungan dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Selain burung, hutan pulau Waigeo juga terdapat 24 jenis mamalia.
Dikatakan, berdasarkan hasil penelitian dengan kamera pengintai milik FFI-IP ditemukan lima jenis mamalia yaitu anjing kampung atau Canis familiaris , babi celeng atau Sus scrofa, tikus atau Muridae, dan dua jenis kalubu yakni Echymipera kalubu dan Echymipera rufescens.
“Anjing kampung ditemukan di Saporkren dan Gunung Danai Warsanbin hingga ketinggian 878 meter dari permukaan laut,” katanya.
Tidak hanya itu, di Waigeo terdapat 30 jenis reptil dan amfibi atau herpetofauna. Amfibi yang tercatat berasal dari empat famili dengan jumlah anggota jenis terbanyak diwakili oleh famili katak bermulut sempit yaitu, suku Microhylidae dan jenis lainnya dari famili Ceratobatrachidae, Ranidae, dan Hylidae.
Sedangkan jenis reptil yang tercatat, lanjut dia, jenis dari famili kadal atau Scincidae adalah jenis yang terbanyak. Keanekaragaman hayati di Pulau Waigeo yang luar biasa ini adalah sumber kehidupan bagi masyarakat.
“Kekayaan ini pula harus didata dan didokumentasikan serta dilindungi oleh masyarakat maupun pemerintah dengan regulasi,” kata dia.