Sepanjang 2019, Shanghai dan Singapura Jadi Menjadi Pelabuhan Tersibuk di Dunia

oleh
Ilustrasi pelabuhan peti kemas. Foto: Pixabay

Jakarta, indomaritim.id – Pelabuhan Shanghai dan Singapura memegang predikat sebagai pelabuhan tersibut di dunia yang melayani jutaan peti kemas dan menjadi tempat sandar ribuan kapal sepanjang tahun lalu. Pada Agustus 2019, Shanghai juga dinobatkan sebagai pelabuhan terkoneksi terbaik di dunia oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang didasarkan pada sebagian besar throughtput, efisiensi petikemas, dan inovasi teknologi.

Shanghai mampu mempertahankan posisinya sebagai pelabuhan petikemas terbaik di dunia yang pada tahun 2019 menangani sekitar 43,3 juta TEUs. Tak hanya Shanghai, pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok saat ini berada pada daftar teratas sebagai pelabuhan tesibuk di dunia. Ini menjadikan Tiongkok, sukses menggeser Hong Kong, yang pernah menempati peringkat pertama pada tahun 2006.

“Shanghai akan berfungsi sebagai pelabuhan penting untuk transportasi petikemas internasional dan pusat penerbangan di kawasan Asia Pasifik. Hasilnya Shanghai menjadi pelabuhan petikemas tersibuk di dunia selama 10 tahun berturut-turut,” kata Walikota Shanghai, Ying Yong mengomentari keberhasilan tersebut.

Di tempat kedua diikuti oleh pelabuhan Singapura. Meskipun lingkungan yang menantang dalam perdagangan global, Pelabuhan Singapura menikmati tahun terbaiknya pada tahun 2019 dengan capaian sebesar 37,2 juta TEUs.

Trafik petikemasnya mengalami peningkatan sebesar 1,6 persen dibanding tahun 2018. Hal itu menunjukkan semakin pentingnya Singapura bagi industri pelayaran global. Singapura telah tumbuh pesat sejak 2010 ketika menangani petikemas sebesar 28,4 juta TEUs.

Sebagai pelabuhan tersibuk kedua di dunia, Singapura berencana akan mengambil alih posisi Shanghai jika Pelabuhan Tuas selesai pada tahun 2040. Otoritas Pelabuhan Maritim Singapura (MPA) meyatakan bahwa Pelabuhan Singapura mencatat pertumbuhan yang sangat signifikan dalam dekade terakhir.

“Throughput petikemas pada tahun 2019 merupakan rekor tertinggi sepanjang masa yaitu 37,2 juta TEUs di tengah kondisi ekonomi global yang menantang,” kata CEO Port of Singapore Authority (PSA) Internasional, Tan Chong Meng.

Singapura juga merupakan pusat pengisian bahan bakar (bunker) terbesar di dunia tetapi mengalami penurunan penjualan bahan bakar pada kinerja tahun 2018 dari 49,8 juta menjadi 47,5 juta ton. Statusnya sebagai pusat bunker utama telah membuatnya menjadi kritis sejak diperkenalkannya IMO 2020, peraturan yang melarang bahan bakar kapak yang mengandung sulfur lebih dari 0,5%.

Pada tahun 2019, PSA Internasional mampu menangani petikemas sebanyak 85,2 juta TEUs di seluruh dunia mencakup PSA Singapura dan terminal PSA di luar Singapura.

“Dengan adanya kerjasama beberapa terminal baru seperti DCT Gdansk, PSA Halifax dan Penn Terminal, kami dapat memperluas cakupan konektivitas yang lebih besar untuk menumbuhkan ekonomi baru di Baltik dan Amerika Utara,” imbuhnya.

Diluar wilayah operasional tersebut, kata Tan Chong Meng, kami juga berupaya mengembangkan lebih banyak pilihan transportasi bagi pemilik dan penggerak kargo melalui PSA Cargo Solutions. Kami juga terus mengembangkan CALISTATM sebagai platform yang memiliki nilai tambah dan dapat dioperasikan oleh para pemangku kepentingan dalam rantai pasokan global dengan Global e Trade Services (GeTS).

“Ke depan PSA akan terus membangun jaringan pelabuhan global serta pemanfaatan teknologi guna meningkatkan produktifitas dan melayani pelanggan secara optimal,” ujar Tan Chong Meng memungkasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *