Jakarta, indomaritim.id – Resmi mengoperatori Wilayah Kerja Southeast Sumatera (WK SES), sejak 6 September 2018, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak perusahaannya PHE Offshore Southeast Sumatera (OSES), sukses mempertahankan keberlanjutan produksi.
Alfi Rusin, General Manager PHE OSES mengatakan WK OSES merupakan lapangan mature yang telah berproduksi sejak 1971, sehingga fasilitas produksi yang ada sebagian besar sudah termasuk dalam kategori fasilitas tua, dan memerlukan penanganan serta penanganan khusus.
“Contohnya pipa bawah laut sebanyak 130 pipa dengan total panjang 735 km sangat penting untuk dijaga kondisinya agar tidak terjadi kebocoran,” kata Alfi Rusin.
Baca Juga: Pertamina Optimis Gelar Puluhan Proyek Minyak dan Gas Dalam Negeri
Dikutip dari laman Energia Pertamina, berada pada level 30.659 barel minyak per hari (BOPD) dan 115.45 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD), raihan produksi migas PHE OSES berhasil melebihi target 2018 yang telah ditetapkan sebesar 30.441 BOPD untuk minyak, sedangkan untuk produksi gas masih sedikit tertinggal dari target (126,26 MMSCFD).
Selain itu, kestabilan pasokan listrik menjadi jantung untuk menjalankan 400 sumur yang semuanya menggunakan electrical submersible pump (ESP). Sementara, sebanyak 38 sumur produksi dan injector teridentifikasi memiliki permasalahan dalam lubang sumur (wellbore) seperti fishing dan casing problem yang harus segera diperbaiki.
Di samping itu, khasnya masalah lapangan tua yakni meningkatnya kadar air (water cut) yang ikut terproduksi dalam fluida dari workover dan infill yang sudah matang ditimbang dari segala sisi. Upaya lain yang ditempuh adalah merencanakan lima pekerjaan sidetrack sumur untuk me-recover cadangan sumur existing yang masih ada.
Baca Juga: Catat Laba Rp 12 Triliun, Pertamina EP Cepu Bukukan Laba Tertinggi Sepanjang Sejarah
Lebih jauh, Alfi menambahkan sepanjang 2019 ini juga akan dilakukan reaktivasi sumur-sumur di 3 lapangan yakni, Lapangan Chessy, Aryani, dan Lidya. Kegiatan reaktivasi di Lapangan Chessy dan Aryani diperlukan rig untuk perbaikan sumur, sedangkan di Lapangan Lidya dibutuhkan ketersediaan subsea power cable. Diperkirakan, dari ketiga lapangan tersebut potensi laju alirnya mencapai 750 BOPD.
“Terakhir, kami telah menjadwalkan satu kegiatan pengeboran sumur eksplorasi pada Kwartal-IV/2019. Diharapkan dengan semua upaya yang kami rancang tersebut, target produksi sebesar 31,000 – 32,000 BOPD bisa kami raih di 2019,” kata Alfi.
Untungnya, PHE adalah anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang telah memiliki segudang pengalaman dalam menangani permasalan produksi dilapangan tua baik offshore maupun onshore, sehingga management PHE OSES berhasil merancang strategi untuk mengatasi setiap kendala yang muncul.
Di antaranya melakukan pemilihan kandidat perbaikan sumur secara terintegrasi dengan melibatkan semua fungsi terkait seperti fungsi subsurface, operasi produksi, dan artificial lift sehingga hasil yang didapat bisa lebih optimal.
“Kemudian, kami juga memonitoring setiap sumur secara intens untuk melihat performancenya, serta mempelajari peluang melakukan pump upsize supaya kinerja produksi dapat lebih optimal. Selanjutnya, untuk menjaga tekanan reservoir kami melakukan optimasi water injeksi,” imbuh Alfi.
Berbicara tentang target 2019, Alfi menjelaskah bahwa timnya telah menyiapkan langkah-langkah taktis dan inovatif untuk dapat meningkatkan produksi, terutama peningkatan pekerjaan well service dan workover sumur, dari semula 275 well service serta 10 workover menjadi 301 well service dan 19 workover.
Untuk itu, menurut Alfi, sebelumnya diperlukan penerapan teknologi baru untuk meningkatkan kualitas data bawah permukaan sehingga diperoleh analisa teknis yang lebih akurat. Hal ini penting sekali, supaya didapatkan kandidat sumur untuk pekerjaan.
Reporter: Mulyono Sri Hutomo
Editor: Rajab Ritonga