Jakarta, indomaritim.id – Perdagangan dunia membuat pelabuhan menjadi sibuk dengan pengiriman peti kemas antar negara. Proyeksi terbaru dari Drewry mengungkapkan bahwa arus peti kemas global akan mencapai 973 juta TEUs pada 2023, dengan rata-rata pertumbuhan 4,4 persen untuk 5 tahun ke depan.
Sementara itu tren pertumbuhan kapasitas pelabuhan meningkat tipis, terutama di Tiongkok dan Asia Tenggara. Tren tersebut akan mendorong utilisasi terminal pelabuhan. Konsultan pelayaran Drewry tersebut juga menyebutkan bahwa, kawasan Asia akan menjadi kontributor volume yang besar.
Berdasarkan laporan Global Terminals Operators Annual Review and Forecast 2019 tersebut, Linton Nightingale pada Lloyd’s List menulis bahwa meskipun pertumbuhan volume yang mencapai 190 juta TEUS dalam 5 tahun ke depan tampak impresif.
Drewry masih menyebutkan bahwa capaian itu masih jauh dari proyeksi sebelumnya untuk tahun 2000-an yang diprediksi tumbuh sekitar 9 persen per tahun, sebelum akhirnya dihantam krisis finansial pada 2007-2008. Maka, Drewry menyebut proyeksi permintaan atas terminal peti kemas saat ini sebagai suatu ‘pertumbuhan yang normal dengan beberapa ketidakpastian’.
Kawasan Timur Tengah yang digadang-gadang memiliki pertumbuhan investasi dan bisnis tertinggi hingga 5,1 persen, volume pelabuhannya diprediksi meningkat dari 69 juta TEUS menjadi 89 juta TEUS dalam 5 tahun ke depan.
Untuk Afrika, pertumbuhan investasi dan bisnis berkisar 4,1 persen. Sementara itu pertumbuhan investasi dan bisnis untuk Eropa berkisar 3,4 persen, Amerika utara berkisar 3,6 persen, dan Amerika selatan berkisar 3,7 persen.
Drewry mengungkapkan bahwa meski diproyeksikan banyak terjadi pertumbuhan volume, kapasitas pelabuhan peti kemas global akan tidak banyak berubah. Karena yang akan berkontribusi ialah peningkatan utilisasi terminal.
“Pertumbuhan investasi dan bisnis untuk peningkatan kapasitas pelabuhan peti kemas secara global akan berkisar 2 persen (berdasarkan investasi yang telah dikonfirmasi saja). Hal ini di bawah proyeksi pertumbuhan permintaan yang sangat optimis yang disampaikan para investor selama beberapa tahun lalu,” jelas Drewry dalam laporannya.
Pada analis dalam laporan tersebut juga menambahkan bahwa proyeksi itu akan mendorong peningkatan utilisasi terminal peti kemas dari sekitar 70 persen menjadi sekitar 79 persen pada 2023. Peningkatan akan tercapai pada titik temu yang saling menguntungkan antara operator pelabuhan dan pelayaran. Meskipun begitu utilisasi terminal di Asia Tenggara akan tertekan dan di Tiongkok akan mencapai 100 persen.
“Pertumbuhan kapasitas yang sebelumnya agresif akan tertahan, dengan semula fokus pada konsolidasi terkait kepemilikan antara pelabuhan dan terminal, akan menjadi konsolidasi yang lebih besar di luar itu,” kata analis senior Drewry, Neil Davidson.