Terangkan Nilai Sila Keempat Pancasila Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya

oleh
Prasasti Telaga Batu, peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Prasasti Telaga Batu, peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu peradaban maritim terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Asia Tenggara. Berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Sumatra, Indonesia, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Sriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan, pusat keagamaan, dan pusat pembelajaran yang memengaruhi perkembangan wilayah dan budaya di sekitarnya.

Asal usul kerajaan Sriwijaya masih diperdebatkan, tetapi diperkirakan kerajaan ini muncul sekitar abad ke-7 Masehi. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan antara India, Tiongkok, dan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara membuat Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan yang sangat penting. Pelabuhan Palembang menjadi salah satu pusat utama perdagangan dan aktivitas maritim di kerajaan ini.

Salah satu faktor kunci dalam keberhasilan Sriwijaya adalah kemampuannya menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. Kemampuan mengendalikan lalu lintas perdagangan antara Samudra Hindia dan Laut Tiongkok Selatan memberikan Sriwijaya keuntungan ekonomi yang besar dan memberi mereka kontrol atas tarif perdagangan di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Terangkan Nilai Sila Kelima Pancasila pada Zaman Kerajaan Sriwijaya

Budaya dan Peninggalan

Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di wilayah Asia Tenggara. Monumen Buddha terkenal seperti Candi Borobudur dan Candi Muara Takus adalah bukti kehadiran agama Buddha yang kuat dalam budaya Sriwijaya. Pengaruh agama ini tidak hanya terbatas pada ranah spiritual, tetapi juga memengaruhi seni, arsitektur, dan gaya hidup masyarakat.

Pusat pembelajaran dan pengetahuan di Sriwijaya juga mendapat pengakuan internasional. Para sarjana dari berbagai belahan dunia datang ke sini untuk mempelajari ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan. Perpustakaan Sriwijaya diperkirakan memiliki kumpulan naskah dan pengetahuan yang kaya, meskipun banyak dari peninggalan ini telah hilang seiring berjalannya waktu.

BACA JUGA: Budaya Gotong Royong Sebagai Akar Kehidupan Masyarakat Indonesia

Pada abad ke-11 hingga ke-13 Masehi, kerajaan Sriwijaya mulai mengalami penurunan. Faktor-faktor seperti persaingan dengan kerajaan-kerajaan lain dan perubahan dalam jalur perdagangan global berkontribusi pada melemahnya Sriwijaya. Pada akhirnya, pada abad ke-14, Sriwijaya mengalami kehancuran akibat serangan dan penaklukan oleh Kerajaan Majapahit dari Jawa.

Meskipun Sriwijaya sebagai kerajaan telah runtuh, pengaruh dan warisan budaya mereka masih terasa dalam masyarakat dan budaya Indonesia modern. Keberadaan kota-kota bersejarah seperti Palembang dan situs-situs bersejarah seperti Candi Muara Takus adalah penanda fisik dari kejayaan dan pengaruh Sriwijaya dalam perjalanan sejarah wilayah ini.

Kerajaan Sriwijaya adalah peradaban maritim yang mengesankan, memainkan peran sentral dalam sejarah Asia Tenggara. Kehadirannya sebagai pusat perdagangan, agama, dan pengetahuan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap budaya dan perkembangan wilayah ini. Meskipun telah lama hilang, jejak Sriwijaya tetap hidup dalam peninggalan sejarah dan budaya Indonesia modern.

Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Sriwijaya

Pada hakekatnya, nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai Pancasila. Nilai sila keempat Pancasila ditunjukkan dengan telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M), Selat Malaka (775M).

BACA JUGA: 3 Komitmen dari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia​

Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).

Nilai Sila Keempat Pancasila Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya

Pada hakekatnya, nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai Pancasila. Nilai sila keempat Pancasila ditunjukkan dengan telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu.

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M), Selat Malaka (775M).

Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan.

BACA JUGA: Andil Daerah Terhadap Proklamasi Kemerdekaan

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).

Secara ringkas, nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai Pancasila, secara lengkapnya sebagai berikut:

Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India meunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif
Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (INA sekarang)
Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

BACA JUGA: Tiga Kekuatan untuk Mempersatukan Bangsa