Malang, indomaritim.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi kampus tujuan bagi warga Palestina untuk belajar budi daya perikanan dengan berbagai cara yang memanfaatkan lahan terbatas hasil temuan para dosen kampus tersebut.
Dosen Program Studi (Prodi) Perikanan UMM, Dony Prasetyo di Malang, Jawa Timur, Senin (25/2/2019) mengemukakan pekan lalu sejumlah warga Palestina datang secara khusus ke UMM untuk belajar membuat berbagai temuan budi daya pertanian, peternakan, dan perairan.
“Kehadiran mereka ini dalam rangka menindaklanjuti kerja sama antara Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dengan Department of Aquaculture, Palestinian Ministry of Agriculture,” kata Dony.
Dony menerangkan warga Palestina tertarik untuk belajar budi daya, khususnya perairan, karena pengelolaan dan budi daya sejumlah produk yang dikembangkan UMM masuk standar Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan telah tersertifikasi.
Selain ke tempat pembudidayaan ikan, lanjutnya, mereka juga diajak melihat produksi jamur, hasil pertanian dan pembuatan roti yang terpusat di satu lokasi.
Prodi Perikanan UMM juga memperkenalkan program unggulannya, yakni aquaponik atau sistem bio natural (Biona). Sistem ini tidak menghasilkan limbah dalam kolam ikan selama 3-6 bulan.
“Penerapan sistem seperti ini bisa menjadi lebih efisien untuk diterapkan di wilayah Timur Tengah seperti Palestina. Sistem ini yang membuat mereka belajar ke UMM karena lebih hemat lahan serta air,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dony mengatakan Aquaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengombinasikan aquakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik.
Dalam aquakultur yang normal, ekskresi atau proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas (kadar racun) air jika tidak dibuang.
Selain itu, salah satu hasil riset terkini UMM yang diperkenalkan dan menjadi solusi bagi masyarakat urban di Palestina, yaitu konsep “one house one pond” (satu rumah satu kolam) yang digagas dosen Prodi Perikanan FPP UMM, Riza Rahman Hakim.
alam konsep tersebut, Riza memiliki strategi memanfaatkan lahan sempit di perkotaan atau urban untuk berternak ikan dengan hasil maksimal dan efisien.
Dalam konsep ini, Riza menggabungkan antara budi daya ikan lele di kolam terpal dengan budi daya sayuran melalui sistem aquaponik. Ada dua sistem yang dikembangkan Riza, yaitu sistem budi daya lele biona berbasis bio-natural serta budi daya lele bionik yang merupakan kombinasi antara bio-natural dan aquaponik. Dengan konsep ini, penggantian air hanya 30 persen dan hanya sepekan sekali.
Secara umum, “one house one pond” menjadikan kotoran lele sebagai pupuk tanaman di atas kolam yang terus berulang. Selain hemat dalam memberi makan lele, konsep ini juga meminimalisasi pemakaian air.
“Dalam konsep ini, penggunaan air sangat sedikit. Sementara pada budi daya lele tradisional, sekitar 50 persen air diganti dan dilakukan hampir setiap hari. Airnya juga berbau tak nyaman,” katanya.
Sementara itu dalam kesempatan berbeda, Rektor UMM Dr Fauzan mengatakan penguatan riset berbasis kepakaran ini menjadi ciri khas UMM untuk mengembangkan mutu akademik agar bisa bersaing di level internasional.
“Hal itu selaras dengan upaya UMM yang terus melakukan pemetaan kepakaran para dosen agar memiliki keahlian yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,” kata Fauzan.